35. Mangga Pakde Narto

529 30 4
                                    

Halo teman-teman semuanya, bagaimana kabar kalian? Semoga selalu sehat dan bahagia.

Maaf menunggu lama untuk update chapter ini dan terimakasih sudah setia menunggu kelanjutan cerita Mala dan Mas Lingga.

Happy reading guys, semoga tidak mengecewakan. 😘😘😘

----------------------
"Mas!"

Aku menahan tangan mas Lingga yang hendak keluar kamar selepas membaringkanku di ranjang.

Mas Lingga benar-benar menjadi suami siaga. Dia rela menggendongku dari dalam mobil sampai kamar. Bahkan sejak tadi di rumah Yangkung dia sama sekali tak pernah jauh dariku. Dia tak sekalipun membiarkanku lepas dari pandangannya. Mas Lingga tak membiarkan kakiku menginjak bumi seujung jari pun. Padahal aku masih kuat jika hanya berjalan dari halaman rumah sampai ke dalam.

Aku menggeser tubuh ke samping kemudian menepuk sisi kosong yang baru saja kutempati. "Sini!" pintaku.

Mas Lingga yang tengah sibuk melepas hoody-nya itu hanya melihatku sekilas. "Kamu istirahat saja. Aku mau siapin makan malam dulu sebentar untuk kita, ya," jawabnya sambil meletakkan hoody ke gantungan baju di belakang pintu.

"Aku belum lapar, Mas. Sebentar saja temani aku tidur di sini, ya?" bujuk ku memelas yang membuat mas Lingga tak kuasa menurutinya.

"Baiklah."

Mas Lingga membaringkan tubuh ke sampingku seraya memberikan lengannya untuk jadi bantal ku. Dia lantas membenamkan tubuh mungilku dalam dekapan hangatnya. Hingga aku dengan leluasa bisa menghirup aroma mint dari tubuh kekarnya yang selalu mampu membuatku tenang. Rasanya sangat nyaman bersama mas suami tanpa menyisakan jarak sedikitpun seperti ini. "Aku merindukanmu," ungkapku lirih seraya mengeratkan pelukan.

Tangan mas Lingga bergerak membelai rambutku lalu mendaratkan bibirnya pada keningku cukup lama. Tanpa sepatah katapun hanya berdiam dalam posisi seperti ini sudah mampu menyiratkan segalanya. Setiap tindakannya membuatku merasa begitu diratukan olehnya. Setiap sentuhan lembutnya membuatku merasa begitu dicintai olehnya. Aku sangat menyukai apapun yang dia lakukan untukku. "Aku juga sangat merindukanmu," balasnya setalah lama berdiam sambil melepas ciumannya.

Akhirnya akulah yang kalah, ah, bukan, tapi kami sama-sama kalah dengan jarak. Bagaimana bisa aku bertahan selama seminggu berpisah dengannya jika berada di dekatnya adalah hal yang paling aku sukai dan membuatku nyaman. Tiga hari saja tak bertemu sudah sangat menyiksaku. Apalagi semenjak aku tahu tentang kehamilanku ini, aku sangat kesusahan tidur jika tidak dalam pelukannya seperti ini. Sepertinya si jabang bayi sangat menyukai ayahnya.

"Mas!" panggilku. Entah kenapa aku ingin terus memanggilnya. Aku sangat menyukai caranya saat menjawab panggilanku.

"Ada apa, Sayang?" jawabnya lembut seraya tangannya tak henti membelai wajahku. Pandangan matanya begitu teduh menatapku penuh kerinduan.

Aku pun sama. Membelai wajah tegas suamiku yang tiga hari ini kutinggalkan. Kami saling memberikan sentuhan-sentuhan lembut untuk menyalurkan kerinduan yang tak tertahan. Bisa leluasa menyentuh setiap jengkal tubuh mas Lingga seperti ini membuatku merasa yakin bahwa akulah pemilik hatinya.

Memandangnya sedekat ini membuat jantungku menggila. Kupu-kupu seperti sedang beterbangan dalam perutku. Namun terselip rasa bersalah dalam waktu yang bersamaan.

Dalam posisi yang nyaris tak berjarak seperti ini membuat mataku dengan jelas melihat wajahnya yang terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Rambut-rambut halus di sekitar dagu dan pipi bagian bawahnya juga mulai tumbuh. Kantung matanya menebal dan menghitam. Pipinya pun terlihat lebih tirus. Serta wajah yang sedikit kusam dan terlihat letih.

Stay Here, Mas Lingga!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang