25. Yang Manis tapi Bukan Gula

967 45 2
                                    

❎ Zona dewasa❗❗❗
Dear my beloved reader, bab ini aku kasih rate 21+ jadi mohon kebijaksanaannya bagi yang belum cukup umur untuk tidak nekat membacanya. Silahkan bisa di skip aja. Kalau masih ngeyel resiko ditanggung masing-masing. Okay epribadehh 👍

Terimakasih atas perhatiannya. ❤️❤️❤️

—————————————————————

"Aku siap!" jawabku mantab.

Mas Lingga lantas memangkas jarak, dia memejamkan mata sambil perlahan menempelkan bibirnya pada bibirku. Begitu pula aku yang mengikutinya memejamkan mata, merasakan lembutnya bibir mas Lingga menyentuh bibirku. Merasakan hembusan napas panasnya menyapu kulit wajahku. Membuatku meremang dan gugup setengah mati. Lama kami dalam posisi seperti ini tanpa ada lumatan sama sekali. Hanya saling menempel menikmati awal babak baru perjalanan rumah tangga kami yang akan segera di mulai.

Setelahnya mas Lingga melepas ciumannya dan memberi jarak untuk kami menghirup oksigen yang terasa menipis. Di tengah malam kala gerimis menyapa sang rembulan. Kala udara dingin bersama angin malam yang berhembus kian kencang. Seakan semesta memberi dukungan untuk kegiatan yang akan kami lakukan. Dalam sebuah kamar minimalis bernuansa remang. Membuat suasana semakin terasa intim menghanyutkan. Hingga aku sama sekali tak merasakan dingin menyapa tubuhku. Ditatap mas Lingga begitu dalam dengan mata sayu yang mulai berkabut gairah seperti sekarang ini membuat tubuhku justru terasa terbakar.

Tangan panas mas Lingga kembali bergerak membelai wajahku sementara tangannya yang lain dia gunakan untuk merengkuh pinggangku erat hingga kami kembali tak berjarak. Lantas menarik tengkukku untuk kembali menciumku. Kali ini dia memberi lumatan-lumatan lembut. Beberapa lama dia menciumku tapi aku masih diam tak membalasnya. Hanya menikmati permainannya yang semakin lama semakin menuntut. Perlahan kukalungkan kedua tanganku pada lehernya mencoba membalas. Meski masih kaku tapi perlahan ciuman itu semakin panas dan membuatku semakin hilang kendali. Aku terus mengikuti permainan mas Lingga yang terbilang lihai. Hingga aku tak sadar kini sudah berbaring di ranjang dengan mas Lingga berada di atas ku tanpa melepaskan tautan bibir kami. Mas Lingga terus mencumbu ku tanpa henti hingga aku kehabisan napas.

Aku lantas menepuk punggung mas Lingga lalu mendorong dada bidangnya untuk menghentikan ciumannya. "Mmph ...," desahku tertahan. Kami sama-sama terengah dalam kabut gairah yang semakin membara. Entah aku tak tahu harus bagaimana mendeskripsikan perasaanku saat ini, yang jelas aku hanya ingin terus menikmati malam panjang ini bersama mas suami yang tengah tersenyum menatapku lekat. Membuatku tersipu malu dan semakin gugup.

Bibir mas Lingga kini beralih pada ceruk leherku yang membuatku merasa kegelian dan semakin hilang akal. Dia terus mencumbui dan membelai setiap jengkal tubuhku sampai pada bagian paling sensitif yang selama ini kujaga. Tangannya tak tinggal diam menanggalkan seluruh kain yang melekat padaku. Hingga kami pun sama-sama tak memakai apapun. Rasanya aku sudah tak bisa memikirkan apapun lagi selain ingin lebih dan lebih. Setiap sentuhan mas Lingga begitu lembut dan membuatku terbuai nikmat. Dia membelai tubuhku begitu lembut penuh kasih sayang. Membuat sesuatu dalam diriku ingin meledak keluar.

Beginikah rasanya surga dunia yang setiap melakukannya dihadiahi pahala? Apalagi bersama kekasih halal yang tercinta.

Mas Lingga kembali melumat bibirku semakin rakus dan begitu posesif seolah tak mau kehilangannya barang sedetik saja. Tak ada dialog sama sekali, cukup dengan bahasa tubuh kami sudah mampu melukiskan segalanya. Mas Lingga memperlakukanku begitu hati-hati, penuh cinta dan kasih sayang hingga aku tak bisa berpaling lagi darinya. Menjeratku dalam setiap sentuhan gagahnya. Lantas selanjutnya kami melanjutkan ke tahap inti dari segala inti. Tak usah ku ceritakan detailnya. Biar ini menjadi cerita indahku bersama mas suami tercinta. Berkasih mesra berbagi keringat di tengah dinginnya pergantian hari ditemani hujan yang mulai membasahi tanah asrama. Merenda asmara di atas ranjang dari sepasang suami istri yang sedang dimabuk cinta. Aduhai indahnya. Hingga aku terlelap tak berdaya dalam pelukan hangat mas Lingga.

Stay Here, Mas Lingga!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang