54-a missing part

60 7 0
                                    


Buat yang belom baca Alden, tolong baca yah biar gak bingung sama part ini, dimana ini part dibelakang layar.







Violet melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya. Ia melihat nama yang tertera di ponselnya, tanda panggilan masuk dari seseorang.Violet menggeser tombol hijau diponsel miliknya.

"Lo yakin? " tanya suara berat diseberang sana.

"Hm, " guman Violet.

"Lo masih punya waktu tiga bulan, " ucap pria itu.

"Dan biarin penyakit aku menang? kamu juga kenapa sih? bukannya udah biasa berhadapan sama kematian ya? death and blood is L bestfriend," ucap Violet dengan terkekeh.

"Sinting! " ucap Lionel yang kesal.

"Sinting teriak sinting, " ucap Violet.

"Lo bahkan udah nulis surat, " dengus Lionel.

"Emang kamu kepo banget dan selalu cari tau apa yang aku buat, " sinis Violet.

"Kamu tau kan, aku udah susun rencana ini dari masuk Sma, aku juga udah perkirakan hal ini bakal terjadi dalam hidup aku, jadi sebelum mati, mari kita ucapkan salam perkenalkan sekaligus perpisahan untuk keluarga cemara itu, " ucap Violet.

"Udah dulu, Saga udah jemput aku, " ucap Violet lalu memutuskan sambungannya.

"Mau kemana? " tanya ibundanya yang terlihat cemas.

"Rumah sakit bun, jengukin Adeeva, " ucap Violet.

Nadia menatap Violet dengan sulit. Perasaannya entah mengapa jadi gelisah, namun ia sudah berjanji pada Violet bahwa ia akan hidup normal seperti biasanya.Violet memeluk bundanya, entah mengapa Nadia merasa ini semacam pelukan perpisahan untuknya.

"Violet pergi ya bunda, jaga diri bunda baik-baik, aku sayang bunda, " ucap Violet dengan senyuman manis.

Violet dan Saga pamit kepada Nadia. Wanita itu memandang punggung Violet yang menjauh , tanpa sadar air matanya jatuh.

Violet bersama teman-temannya yang lain menunggu didepan ruangan Adeeva. Gadis itu menatap mereka semua yang terlihat resah. Adeeva terbaring lemas di atas brangkar rumah sakit. Violet mengalihkan pandangannya, rencananya memang gila.

Ia adalah otak dari semua yang menimpa dirinya dan teman-temannya. Dan dengan liciknya dia menjadikan dirinya sendiri korban, Bianca hanya gadis malang yang bernasib sial, lebih sialnya lagi dia menanggap Violet sebagai malaikatnya yang datang membantu dirinya dari masalah yang dirinya lakukan.

Moria memegang tangannya.

"Temenin Mori ke toilet ya, " ucap Moria. Violet tersenyum lalu berjalan bergandengan menuju toilet dengan Moria.

Gadis itu terlihat sangat khwatir dan Violet terus-terusan memberikan air mineral untuk menangkan Moria. Ia terlihat menyalahkan dirinya sendiri, Moria yang malang.

Violet mengirim pesan kepada Bianca untuk segera menjemput mereka di toilet. Moria mencuci tangannya di wastafel setelah buang air kecil, Violet juga mencuci tangannya. Saat keduanya mendongkak mata keduanya bertabrakan dengan mata hitam seorang gadis.

"Bianca? " ujar Moria bingung. Lalu Bianca membius Moria hingga gadis itu pingsan. Setelahnya, dua orang pria berbadan kekar membawa Moria keluar.

Tangan Bianca bergetar ketakutan, ia menatap Violet dengan mata berkaca-kaca.

"Gw hiks gw gak sanggup lagi Vi," ucap Bianca dengan tangisan pilu.

"Gw takut banget Violet, "ucap Bianca lagi, ia semakin terisak.

Menembus BatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang