Senja Kala itu

1.1K 161 15
                                    

Semilir angin mengiringi putaran roda sepedah yang ku gayuh, hijaunya dedaunan memberi kesan nyaman dimata, pohon-pohon rindang yang berdiri kokoh di sepanjang persampingan jalan memberi kesejukan saat kuhirup.

Ku hentikan sepedahku saat tempat yang ku tuju sudah berada di hadapan, ku parkirkan sepedahku ditepi jalan, lantas kaki ku melangkah menelusuri hijaunya rumput, hingga ku berhenti disamping pohon rindang nan besar itu. Memandang indahnya Kota tepat dibawah tebing ini.

Ku pegang pembatas besi, sedikit mencodongkan tubuhku dan merasakan hembusan angin yang semakin membesar, ku tutup mataku dan merasakan suasana lebih dalam, aku menyukai ini, sejuknya udara serta keheningan yang memberikan ketenangan.

"Jika kau mencodongkan badan mu seperti itu, kau akan terjatuh" kubuka mataku, suara yang kudengar begitu halus dan indah, dengan perlahan ku lirik siapa orang yang berkata.

Aku terdiam, saat ku lihat gadis yang berdiri dibelakang, dia membalas tatapanku, lantas memberi senyuman yang membuatku tertegun, dia melangkah kearahku, mataku tak berhenti untuk melihat gadis ini hingga aku sadar jika gadis ini berdiri disampingku.

"Apa kau selalu berada disini?" Dia berucap namun pandang melihat menuju arah depan,

"Hm, namun tidak terlalu sering hanya sesekali" kurasakan kegugupan saat aku menjawab, ku alihkan pandangku untuk kembali memperhatikan indahnya kota.

"Bukan kah disini sangat nyaman? Udara yang sejuk, hening yang memberi kedamaian dan indah kota yang membuat hati tenang" ku lirik dirinya, saat ia berkata dengan wajah tersenyum memandang kota,

Hingga hembusan angin menerpa wajah manisnya, rambut coklat yang terurai mulai bertebangan, namun ia tampak senang, gadis ini menutup mata dan melengkungkan senyum, sinar senja memperindah apa yang sedang ku lihat.

Wajahnya, senyumanya, hingga indah mata yang membuat ku terpukau, betapa cantik gadis dihadapan, hingga jantung berdetak tak kharuan, tenang, nyaman dan damai, semua berpadu satu saat pandang terus melihat, tak ada niat mengalihkan, saat semua tujuan mulai menentukan pilihan.

"Kau baik-baik saja?" Suara lembut nya menyadarkan kekaguman, hingga rasa gugup kembali menerpa.

"Hm- y-ya" dia kembali mengukir senyuman, tubuhnya berbalik dan berhadapan dengan ku.

Ruby Jane Kim, siapa namamu?" Dia melurukan tangan, membuatku terdiam namun perlahan menerima uluran tangan.

" Jim, Arsean James Vermilion "

"Apa aku terlihat menakutkan sampai tanganmu berkeringat dan wajah mu yang tergugup bagai melihat hantu" sontak perkataanya membuat ku melepas spontan genggaman, lantas berusaha berbicara agar tidak terjadi salah paham.

"Tidak, maaf, aku tak tau mengapa aku begini" ku garuk rambut yang tidak terasa gatal, aku hanya merasa canggung dengan keadaan.

Kudengar dia sedikit tertawa lalu menatapku dengan hangat, tak lupa dengan senyum yang ditunjukan, begitu manis dan mendebarkan.

"Ku pikir kau begitu manis Jim, dan mungkin aku menyukaimu"

"Mari kita berteman Jim..."

Sinar senja meredup saat ajakan terucap, membuat diri terdiam sejenak, namun kenapa aku bahagia?
Hingga uluran tangannya kembali ku genggam.


Senja kala itu.

Pertama kali kita bertemu, aku dan kau.
Senyum manis yang ku lihat tak pernah bisa ku lupa. Ketika hangat pandangmu dan lembut nya sentuhan, membuat diri bagai ditelan suatu khayalan.

Pertemuan yang menjadi awal kisahku dengan mu dan tentunya titik awal dimana aku merasakan hal yang begitu menyenangkan.

Senja kala itu.

Membuatku tersadar dengan hal yang biasa orang rasakan, saat perasaan asing masuk ketika kau menyapa dengan senyum yang terukir dibibir merah muda mu, begitu manis dan mendebarkan, hingga satu perkataan membuatku berharap lebih sore itu.

Mungkin aku menyukaimu

Siapa yang tidak akan berharap saat perkataan itu terucap oleh orang yang membuat mu terpukau? Membuatmu menyadari perasaan nya disore itu

juga...Dimana aku menyadari jika senja kala itu, aku jatuh hati padamu. Perasaan yang hadir pertama kali saat bertemu.

Namun apakah semua yang terucap dibibir manismu, hanyalah kata tanpa adanya arti yang mempuni?

Apakah aku sendiri yang terlalu terbawa perasaan? Berilah sebuah jawaban di setiap pertanyaan yang hatiku rasakan.

Ruby.

Senja kala itu,

Adalah sebuah kenangan yang akan menjadi alasan untuk ku berdiri dan meraih kembali tangan mu, melihat kembali manis senyum mu, hingga menggapai hati yang tak pernah bisa tergapai.

Sulit dan menyakitkan.


To be continue

Mari bermelakolis bersama Jim.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
That Why You Go Away{END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang