•
Angin berhembus pelan, lelaki itu masih diam, sinar senja mulai menghilang, warna orange mulai menggelap, dan matahari mulai terbenam.
Hatinya terus berdenyut, merasakan nyeri yang terasa setiap hari, bahkan saat bernafas pun terasa sesak, pandang sendu melihat pantulan bulan dipermukaan danau yang mulai datang menemani, kesendirian yang begitu hampa ini.
Sudah berapa lama ia terdiam tanpa bergerak dari tempat yang sama? Entahlah, baginya kini waktu berjalan namun tidak dengan hidupnya, sudah sebulan setelah gadis itu pergi meninggalkan.
"Sampai kapan kau merenung seperti itu Jim? Sudahlah lupakan gadis itu,masih banyak gadis yang lebih baik dan pastinya menghargaimu" Rio. Ya lelaki yang sudah menjadi sahabat Jim sedari kecil, ia rela tak pulang menuju kota nya sendiri hanya untuk menemani Jim yang mungkin sekarang tengah berada didalam jurang kekecewaan.
"Hei Rio, menurutmu, apa aku ini orang yang bodoh?" Jim bertanya tanpa memperdulikan ucapan Rio tadi.
"Kau memang bodoh, tak hanya soal pelajaran tapi kau juga bodoh dalam percintaan, dari dulu kau memang slalu memilih gadis yang salah, tapi aku tau jika sikap bodohmu itu hanya karna rasa cinta yang kau rasakan, jadi bersikap bodoh dalam cinta itu adalah hal yang wajar," Rio mendekat lantas duduk disamping Jim, mengambil kerikil kecil lantas melemparkannya kedanau.
"Rio, jadi apa yang harus kulakukan sekarang? Aku ingin bangkit namun kenapa begitu sulit?" Rio memandang lelaki yang begitu sendu ini, terlihat sekali luka yang mendalam di matanya.
"Aku mengerti apa yang kau rasakan Jim, dengar, jika kau tak tau apa yang harus kau lanjutkan, kau hanya perlu mengikuti kata hatimu, sekarang aku ingin bertanya, apa yang sekarang hatimu inginkan?" Jim terdiam, ia nampak termenung dengan perkataan Rio.
"Kau tau? Jauh dalam lubuk hatiku, sejujurnya aku ingin bertemu lagi dengannya, aku ingin mendengar semua alasannya, aku ingin mengetahui kenapa dia melakukan semua ini padaku? Aku ingin mendengar semua darinya langsung." Jim berucap, ia menarik nafas lantas menutup mata menetralkan perasaan sakit yang mulai timbul kembali.
"Jika itu yang kau mau, pergilah dan cari dia"
Jim terdiam lantas memandang Rio yang menatapnya serius, mungkin jika yang lain dengar mereka akan langsung memarahi Jim karna lelaki ini masih saja mau menemui.Namun Rio berfikir bukan kah memang seharusnya Jim menemui gadis itu? Bukan apa-apa hanya saja Jim harus mengetahui semua alasan kenapa gadis itu pergi, karna dengan begitu Jim pasti tau apa yang harus ia lakukan.
"Kau ingin tau alasannya bukan? Maka dari itu pergi dan cari dia, dan kau tenang saja, aku akan membantumu" Rio berucap lantas tersenyum.
"Kau tidak melarangku?" Jim bertanya, Rio menggeleng.
"Untuk apa? Ini adalah hidupmu, kau yang menjalani ini semua, aku tidak akan melarangmu, aku sahabatmu aku akan mendukung smua jalanmu namun jika jalanmu mulai salah maka aku akan menuntunmu kembali menuju jalan yang benar," Jim tersenyum, Rio memang sahabat yang paling mengerti dirinya.
"Tapi apa ibu dan ayah akan melarangku jika aku pergi mencari dia?" Rio terkekeh,
"Apakah ibu dan ayah mu terlihat marah? Mereka adalah orang tua yang baik, jika kau berucap dengan benar apa tujuanmu, mereka akan mengizinkanmu."
Jim terdiam, benar juga, bahkan saat Ruby pergi dihari pernikahan, michael dan erika memang kecewa namun mereka tidak marah hanya saja menyayangkan keputusan Ruby, dan juga orang tua dan nene Ruby meminta maaf sampai hampir bersujud, namun michael dan erika segera menahan mereka dan memaafkan, sungguh. Michael dan erika begitu sangat baik.