Kurasakan badanku terasa remuk, jika saja Elgi tidak memaksaku untuk membantunya memindahkan barang-barang ke gudang kampus, pastinya sekarang aku sudah bersama gadis pujaanku!
"Apa yang kau pikirkan? Apa kau tak berniat untuk pulang Jim" Manusia bermata monolid itu berucap membuat ku malas untuk mendengar. Bukan kah dia yang menyita waktu berharga ku?
"Niatku sudah hilang, kau duluan saja aku ingin pergi ke suatu tempat" aku berjalan meninggalkan Elgi, tanpa perlu mendengar jawaban dari manusia ini. Sungguh Elgi itu dingin dan mempersona dengan wajahnya yang tampan bagi para gadis tapi bagiku Irene dan Jacson, Elgi adalah orang idiot.
Aku terus melangkah tanpa sadar arah mana yang akan ku tuju, hingga aku berhenti, sial. Kenapa aku malah berjalan kearah hutan???, Kampusku memang dengan dekat hutan, itu wajar karna pulau LightCity bukanlah kota besar melainkan kota kecil dengan Desa-desa, dan pulau ku ini terkenal dengan keindahan alam yang menyejukan hati serta jiwa.
Mungkin sebagian orang berfikir jika hutan itu menakutkan, namun hutan didesaku ini berbeda, karna di ujung hutan kau akan menemukan keindahan yang teramat indah. Sebetulnya aku ingin mengajak Ruby kemari, tentunya aku juga ingin menyatakan perasaanku.
Sekarang musim semi, musim dingin ku berlalu dengan indah bersamanya, menghabiskan waktu bersama, sudah hampir setengah tahun, kuhabiskan hari-hariku dengan Ruby, perasaanku semakin tumbuh seiring berjalannya waktu,
Kulangkahkan kaki ku untuk kembali, haripun sudah menggelap, lebih baik aku pulang dan mengatur rencana untuk menyatakan perasaan,
Aku terus berjalan, hanya ada lampu jalan yang menemani langkah, pulau ku ini jarang ada mobil dan motor seperti pulau lainnya, bukan apa-apa hanya saja kami sebagai penghuni tidak mau pulau tercinta mendapat polusi, jadi hanya beberapa saja, dan hampir semua penduduk memakai sepedah atau kerbau untuk mengambil hasil panen.
Langkah ku terhenti dipersipangan jalan, arah pandangku terfokus pada gadis yang sedang berdiri dibawah lampu jalan,menatapku dengan senyum yang sangat aku kagumi, karna senyumannya adalah hal yang membuatku ingin terus menjalani hidup.
"Kenapa kau berdiri disini disaat langit sudah menggelap?" Dia menatapku dengan pandang hangat.
"Menunggumu, bukan kah kita sudah berjanji untuk pulang bersama?" Aku terdiam, sudah berapa lama gadis ini berdiri disini? Ini sudah malam, jika begitu sudah 3 jam lamanya.
"Kau menungguku? Kenapa? Bukan kah sudah ku bilang kau pulang lah lebih dulu" dia menggelengkan kepala, lantas menggenggam tangan ku untuk mengikuti langkahya.
"Entahlah hanya ingin saja, mari pulang Jim, kaki ku cukup lelah karna terus berdiri"
"Maaf, karna ku kau harus berdiri 3 jam lamanya" aku berucap, sungguh aku merasa bersalah.
"Tidak apa-apa, ini bukan salahmu, aku menunggumu karna aku memang ingin pulang bersamamu, mungkin aku terlalu terbiasa pulang ditemani olehmu" perkataan gadis ini mampu membuatku mengukir senyum, kenapa aku senang? Apakah Ruby merasakan apa yang kurasakan?
"Lain kali aku yang akan menunggumu" dia melirik ku, memberi senyuman yang mampu membuatku terpukau. Betapa manisnya.
"Ruby, besok sepulang kuliah bisakah kau ikut bersamaku? Aku ingin menunjukan tempat yang indah padamu" dia nampak terdim, memikirkan ajakanku. Sangat jarang melihatnya tampak berfikir dengan ajakan ku, biasanya dia akan mengangguk dan mengiyakan.
"Tentu, kau ingin mengajakku kemana?" Aku tersenyum mendengarnya setuju.
"Ke tempat yang mungkin kau belum pernah lihat"
"Baiklah, aku sangat tak sabar untuk melihatnya" dia berucap lalu tersenyum hingga kedua mata nya menutup, terlampau biasa jantungku slalu berdebar saat diri mulai terpesona.