Lee Woo William

476 118 0
                                    

Sepedah Tua itu melaju sedikit tergesa, udara terasa sesak ketika lelaki itu menarik nafas, gayuhan kaki yang semakin lama semakin mengencang, ada apa dengan hatinya? Rasanya remuk bagai kulit telur yang diremas.

Kenapa dia tidak pernah bisa mengendalikan perasaan ini? Kenapa dia tidak bisa mengerti dengan ucapan yang tiada arti? Kenapa? Dan kenapa! katakanlah jika dia begitu naif. Siapa yang harus Jim salahkan dalam keadaan ini? Ucapan gadis itu? Ataukah kebodohan dirinya dalam mengartikan?

Jim menghentikan sepedah disamping pohon besar itu, berjalan menuju besi pembantas tebing itu, ia melihat indahnya kota dimalam hari, Jim terdiam dengan tatapan kosong, ia tak merasakan apapun selain sesak dan sakit didada, bahkan saat luka ditangan kembali berdarah namun lelaki ini tidak memperdulikan.

Dia tidak menangis sungguh. Dia hanya tak bisa menerima. Jim tertawa miris dengan pandang sedih, dia hanya menertawakan kebodohannya, bisa-bisa nya ia berfikir jika Ruby mencintainya dan dengan keyakinan yang bodoh berniat menyatakan perasaan.

"Kau manis, mungkin aku menyukaimu"

"Karna aku menyukaimu"

"Aku menyukaimu Jim"

"Hentikan perkataan bodoh itu Ruby! Kau tidak pernah tau kalimat yang kau pikir tiada artinya, begitu sangat berarti bagiku! karna perkataanmu membuatku terjatuh pada perasaan yang salah" Jim berucap, ada emosi disetiap kata yang keluar, kenapa perkataan gadis itu slalu teriang?

"Oh ada kau ?" Suara berat lelaki membuat Jim melirik kearahnya, Elgi. lelaki itu baru saja sampai,

"Apa yang kau lakukan malam-malam begini?" Elgi kembali bertanya saat dirinya sudah berada disamping Jim.

"Hanya ingin" Jim menjawab singkat, menyembunyikan kesedihan, Elgi tak menjawab, ia ikut terdiam memandang indah kota di atas tebing.

"Aku jatuh cinta dengan Irene" saat hening, Elgi berkata santai, membuat Jim shock mendengarnya. Apa-apaan pikirnya?

"Jika kau jatuh cinta dengannya kenapa kau bilang padaku!"Jim tak habis pikir dengan Elgi, manusia serba tiba-tiba ini membuatnya cukup terkejut. Ya meski sebetulnya Jim sudah menebak-nebak jika Irene dan Elgi memiliki perasaan yang sama, hanya kedua orang itu tetap diam, menjungjung tinggi harga diri masing-masing.

"Hanya ingin" Jim menghela nafas saat Elgi menjawab. Sejenak ia melupakan kenyataan Ruby yang sudah memiliki kekasih.

"Nyatakanlah, aku yakin Irene akan menerima mu"

"Bagaimana jika dia menolak?" Jim terdiam,

"Itu resiko, diterima atau tidak yang terpenting perasaanmu tersampaikan padanya"

"Apa kau pernah menyatakan perasaan pada seorang gadis? Aku butuh bantuanmu, karna aku belum pernah menyatakan perasaan dan aku tidak tau caranya" Jim terdiam atas permintaan yang Elgi buat. Dia baru saja ditolak.

"Kau pasti bisa, ikuti saja hatimu, dan nyatakan semua yang ada dalam hatimu" Elgi mengangguk-anggukan kepala tanda mengerti.

"Baiklah kalo begitu, Jim mau aku ramal?" Jim mengerutkan halisnya.

"Ramal? Maksudmu?" Elgi sedikit memberi senyum.

"Aku tebak hari ini kau sudah ditolak oleh gadis yang slalu bersamamu 6 bulan terakhir ini" Elgi berucap dengan wajah menahan tawa. Tampaknya Elgi mengetahui sesuatu. Mana mungkin seorang idiot seperti Elgi berucap dengan benar.

"Apa maksudmu? " Elgi kembali menampilkan wajah dinginnya.

"Sebelum aku kesini, aku tak sengaja melihat mu mengantar gadis itu, dan aku pun tak sengaja mendengar apa yang kalian bicarakan, sebenarnya aku mengikutimu kesini karna aku takut kau terjun ketebing karna frustasi" Elgi berucap membuat Jim rasanya ingin membuat Elgi menjadi bola-bola lantas dengan senang hati menendang nya. Biar Elgi saja yang terjun!.

That Why You Go Away{END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang