Kurasakan tepukan dipipi kanan, membuat ku tersadar akan angan indah yang terlintas begitu saja, ku lihat gadis itu mengerutkan halisnya menatap ku penuh tanya,
"Jim kau baik-baik saja?" Aku menghela nafas lalu tersenyum.
"Maaf, aku hanya sedang membayangkan sesuatu"
"Jangan banyak melamun Jim, lebih baik ayo kita cepat pulang, udara semakin dingin" kurasakan genggaman hangatnya, ku ikuti langkah nya, sedikit kecewa. Karna ciuman yang kurasakan hanyalah angan yang ku pikirkan.
Apa aku terlalu jatuh hati padanya? Sampai-sampai aku berkhayal disore hari begini? Sial. Apa yang kupikirkan? Ya. Tuhan. Ini membuat ku gila.
Kurasakan gadis itu menggenggam erat tanganku, saat angin dingin terasa menusuk kulit, ku hentikan langkahku, membuatnya melirik ku, ku lepas genggaman lantas ku buka jaket dan ku berikan padanya.
"Pakailah, agar kau tidak kedinginan, "
"Tapi bagaimana denganmu? Kaupun pasti dingin, pakailah tidak apa-apa, aku baik-baik saja" ucapnya, ia mencoba melepas jaketku namun dengan cepat aku tahan.
"Tidak pakailah, aku cukup terbiasa dengan udara dingin disini, jangan so kuat Ruby, wajah mu sedikit membeku" ku usap pelan pucuk rambutnya, membuatnya tersenyum dengan manisnya.
"Kalo begitu genggam tanganku dengan erat setidaknya tanganmu tidak membeku" aku tertegun dengan apa yang dia katakan, dengan perlahan ku gemgam erat tangannya lalu langkahku mengikuti setiap langkah yang akan ia tuju.
•
•
•
"Jim, apa kau membawa ikan?" Jacson bertanya saat Jim baru saja sampai rumahnya,membawa sekresek besar ikan Kakap Merah, Cumi serta Lobster.
"Kau tidak melihat apa yang ku bawa kak? Bantu aku," Jim berucap sedikit terburu saat sakitnya perut sungguh terasa.
"Kau kenapa? Pucat sekali?" Jacson bertanya dengan tangan mengambil alih kresek yang Jim bawa.
"Perutku sakit, apa bibi masih menyimpan obatku yang tertinggal saat itu???" Dengan tergopoh Jim berjalan menuju lemari kaca besar, lantas ia mencari obat Magh.
"Ku pikir kau ada panggilan alam, tidak tau, cari saja, aku akan membersihkan ikan, oh iya kalo Irene pulang suruh anak itu menyiapkan bumbu ikan, mengerti?" Jacson meninggalkan Jim yang tengah membuka botol obat dan meminumnya dengan cepat.
Jim berjalan kearah sofa, ia duduk dan bersandar untuk melepas lelah, terkadang saat Magh kambuh itu sangat menyusahkan, lim menutup mata, tidur untuk sebentar tak masalahkan? Hingga dalam hitungan detik lelaki manis ini sudah pergi menuju alam mimpi.
•
Kurasakan sentuhan dipipiku, ah. Bukan sepertinya ada orang yang sedang mencubit pipiku, sial. Apa itu Irene? Gadis itu benar-benar slalu mengganggu tidurku!.
Tanpa membuka mata ku gemgam erat tangan yang sedang mencubit, aku menarik nafas lantas menyentak dan membuka mata menatap tajam siapa yang mencubitku.
"YAK IRE-" aku terdiam saat yang ku tatap bukanlah Irene melainkan Ruby yang menatapku dengan wajah kagetnya, dengan cepat ku lepas genggaman lantas dengan segera aku duduk dengan benar.
"Ruby, ke-kenapa bisa kau disini???" Aku berucap dengan pandang tak percaya,
"Aku yang mengajaknya" kulirik sepupu ku yang menjawab apa yang kutanyakan. Ku lirik kembali Ruby, dan gadis ini mengangguk.
"Aku dan Irene bertemu di kota, dan dia mengajakku untuk makan malam bersama," Ruby berucap membuat ku menghela nafas. Sial. Ku pikir malam ini aku akan benar-benar terkena serangan jantung!.