Kurasakan harum parfum dijaket yang ku pakai, jaket yang kuberikan saat malam itu pada Ruby, parfum miliknya begitu melekat dijaket, apa aku sudah gila? Kenapa hanya karna mencium aroma parfum miliknya sudah membuat fantasi liarku keluar begitu saja?
"Jim kenapa? Apa jaket nya bau? Sudah ku bilang biar aku mencucinya dulu" kudengar Ruby disamping, membuatku menggeleng.
"Tidak, justru aku lebih suka begini, oh iya Ruby , apa sekarang kau sedang free? Jika iya, apa kau mau ikut bermain ice skate. denganku di danau?" Gadis itu nampak tersenyum dan mengangguk.
"Aku mau Jim! " dia berucap antusias membuat ku tersenyum lantas memasukan jaket kedalam tas.
"Kalo begitu ayo" aku genggam tangannya. Hah...entahlah sudah menjadi kebiasaanku untuk menggenggam tangan saat kita berjalan bersama, itu wajar kan? Lagipula Ruby lah yang dulu selalu menggenggam tanganku.
Ku naiki sepedahku, dia duduk untuk aku gonceng, dan seperti biasa dia melingkarkan tangan di pinggang saat kaki ku mulai menggayuh sepedah yang mulai berjalan menelusuri jalan bersalju.
•
•
•
Senja mulai datang, kedua langkah orang itu mulai mendekati Danau Hope yang membeku, ada banyak orang yang asik bermain ice skate di tengah danau beku itu, namun kebanyakan adalah anak-anak kecil bersama kaka ataupun ayah dan ibu mereka.
"Ini indah, danau seluas ini membeku, tapi Jim apa ini akan kuat menampung kita semua???" Ruby bertanya, Jim terkekeh.
"Tentu kalo tidak kuat untuk apa danau ini dijadikan tempat ice skate??? kau tunggulah disini, aku akan menyewakan sepatu ice skate untuk kita berdua" Ruby mengangguk, dan Jim meninggalkan untuk menghampiri kios yang menyewakan peralatan ice skate.
Pandang Ruby memperhatikan anak-anak kecil yang bermain dengan hebatnya, namun ia tersentak saat lelaki kecil terjatuh tepat didepannya, dengan langkah sedikit berlari Ruby menghampiri dan membantu anak yang hendak menangis itu.
"Hey, are you okay??? Biar kaka bantu" Ruby berucap penuh kehangatan, tangannya dengan cepat mengusap tangan lelaki kecil yang terluka.
"Ini sakit" rintih lelaki kecil itu.
"Tenang yah, sini biar kaka beri mantra" Ruby mengusap-ngusap tangan lelaki kecil itu, bibir nya mulai melantunkan sebuah nada yang begitu meneduhkan. Sesaat setelah bernyanyi ia meniup luka, Lantas mengecup luka lecet ditangan lelaki kecil itu.
"Bagaimana, masih sakit???"
"Tidak, kaka, suaramu sangat bagus, jacson suka mendengarnya, mantra kaka benar-benar bekerja dengan baik" lelaki kecil yang bernama Noval itu berucap dengan senyum senang.
"Benarkah? Awh...kaka merasa tersipu, namamu Noval?" Noval mengangguk,
"Namaku Noval Stewart, nama kaka cantik siapa???" Ruby tampak tersenyum senang saat Noval menyebutnya cantik.
"Ruby Jane Kim, Noval bermain bersama siapa disini???" Tanya Ruby .
"Noval bermain sendiri, karna kaka dan ibu tidak bisa menemaniku," raut wajah lelaki kecil itu terlihat sedih. Ruby mengangguk sedih lalu mengusap pelan rambut Noval.