Harapan

498 119 1
                                    


Lembaran buku terbuka dengan perlahan, mata indah nya tak lepas dari kata-kata yang tertulis diatas kertas, terukir senyum dibibirku, manis wajah yang terlihat membuat mata tak ingin lepas untuk melihat.

"Apa yang kau pikirkan ?" Suara lembutnya menyadarkan ku dari angan yang kurasa,

"Tak ada, hanya sedikit hal yang terlintas dalam pikiran" ku berucap, dia tersenyum.

"Jangan terlalu banyak melamun, itu tidak baik untuk pikiranmu" aku hanya tersenyum.

Kupandangi kembali manis wajah, begitu tenang saat dirinya fokus pada lembar buku yang sedang dibaca, ku habiskan jam terakhir bersamanya,




Langkah keduanya menelusuri indah jalan dengan pepohonan rindang disamping, angin sore berhembus menyejukan setiap orang yang melewati, seperti biasa. Mereka berjalan untuk pulang bersama.

"Kau tau? Kenapa aku sangat suka kota ini?" Jim berucap, Jim meliriknya,

"Karna Tempat ini indah dan kau menyukainya" Jim tersenyum, memandang Jim dengan tangan mengacungkan kedua jempol.

"Kau benar, dan juga hal yang membuatku betah disini adalah dirimu" Jim terdiam mencoba tak mengambil hati dengan apa yang terucap, tapi kenapa? Kenapa kata-kata itu seakan tembus dan bersemayam dalam hati? Memberi kesenangan yang menjadi???

"Kau adalah orang yang baik dan menarik Jim, aku bersyukur karna aku bisa bertemu denganmu, menghabiskan waktuku, kau adalah teman terbaik ku Jim" Jim kembali berucap. Bodoh. Jim meruntuki dirinya, lantas ia tersenyum mengabaikan perasaan bahagia yang sempat hinggap.

Jim tak bisa berkata apapun, dia memilih diam, dan mendengarkan setiap kata yang Jim ucapkan, hingga tangannya tanpa sadar memegang tangan Jim, membuat gadis itu terdiam sejenak, lantas membalas genggaman dengan senyuman.

Bisakah dia berharap jika gadis disampingnya menjadi miliknya seutuhnya? Jim tau dengan perasaanya yang salah, Jim tau itu, namun Jim selalu senang dengan keadaan seperti ini, dimana ia dan gadis itu menjalani waktu bersama.

"Jadi, bagaimana kisah selanjutkan antara Jim dan Ruby???" Jacson berjalan dengan jus yang digenggam, dan dihisap beberapa kali.

"Berakhir dengan BadEnding" Jim berucap, pandangnya melirik Jacson yang mulai duduk disofa, memandangnya dengan tenang.

"Hahahaha, lemah sekali kau, apa kau tak berniat mencoba untuk merebutnya dari Lee? " Jim menggeleng, ia menghela nafas lantas bersandar dipunggung sofa dengan kepala yang melihat keatas langit-langit ruangan.

"Aku tidak mau merebutnya, bagaimana pun mereka adalah orang yang saling mencintai, akan sangat menyakitkan jika orang yang kau cintai direbut orang lain, aku tidak mau melakukan itu, aku menghargai perasaan lee pada Ruby, " Jim berucap, Jacson tersenyum.

"Kau tau Jim? Mungkin apa yang kau pikirkan benar adanya, tapi disini pun kau ikut terluka, sebenarnya aku tidak tau siapa yang salah antara kau dan Ruby, apakah hatimu yang mudah terbawa dengan perkataannya dan setiap tingkah lakunya saat menyikapimu, ataukah Ruby yang tidak tau dan tak mengerti jika setiap perkataanya membuatmu berharap setiap harinya?"

Jacson terdiam sejenak, ia pandangi Jim dengan sedikit serius.

"Tak ada yang salah dengan sikapnya, mungkin hatiku saja yang mudah terbawa olehnya, karna aku jatuh cinta pada nya sejak kali pertama kita berjumpa, hingga setiap kata yang tak berarti baginya begitu berarti bagiku, setiap momen bersama yang tak berharga untuknya, begitu berharga bagiku, " Jacson tersenyum memandang sang sepupu.

That Why You Go Away{END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang