Pandang mata begitu meneduhkan, lelaki berwajah manis itu menghirup sejuk udara dirooftop kampus, betapa indah pulau ini, gerak jari terus bergerak, dengan pensil yang di pegang, perlahan wajah gadis itu terlukis dikertas putih yang ia pegang.Jim menutup mata mengingat betapa manisnya dia saat tersenyum, betapa indah mata saat berpandang, rambut terurai panjang diterpa angin senja membuat bayangan gadis begitu indah saat terbayang.
"Ahh... kau disini ternyata" suara lelaki bertubuh tinggi itu bersuara, namun Jim tetap fokus melukis meski suara langkah mendekat.
"Ruby? Kau melukisnya? " Jacson Vermilion lelaki berpostur tinggi ini bertanya.
"Mau apa kau mencari ku kak?" Jim akhirnya bersuara namun mata tetap menatap lukisan yang dibuat.
"Paman Michael mengirim pesan jika hari ini kau pulang kerumahku, paman dan bibi beserta ayah dan ibu ku pergi kerumah nene" Jim mengangguk mengerti.
"Baiklah, ngomong-ngomong kenapa bukan Irene yang memberitahu? " kini mata Jim melihat sang kaka sepupu, menutup buku lukis lantas menyimpan didalam tas.
"Dia lupa membawa ponsel, oh iya Jim, aku dengar kau sedang dekat dengan gadis yang kau lukis, sudah berapa lama?"
"2 minggu, kak, menurutmu dia cocok untukku?" Jacson tersenyum lantas menepuk pelan pundak Jim.
"Tentu, dia cantik dan manis, dari wajahnya dia seperti gadis baik, tapi kenapa dia dekat denganmu? Bukan kah kata Irene dia baru dari Starhope?"
"Entahlah semua berjalan begitu saja, aku tidak tau kenapa aku bisa dekat dengannya" Jacson mengangguk mengerti, pandang lelaki ini melihat gadis yang berdiri dibelakang Jim.
"Begitukah? Ku pikir aku harus pergi, gadis mu ada disini" Jacson berucap setengah berbisik pada telinga Jim, membuat Jim reflek melihat arah belakang.
"Kau ingin menemui Jim? " Jacson berjalan kearah Ruby yang tersenyum padanya.
"Namamu Ruby kan, kenalkan namaku Jacson Vermilion aku kaka kandung Irene dan kaka sepupu dari Jim, tahun ini aku akan lulus," Jacson berucap kembali memperkanalkan siapa dirinya. Membuat Ruby tersenyum dengan sangat manis.
Jika begini, Jacson tau mengapa Jim jatuh cinta ada gadis didepannya ini, ahh..jika saja Jim bukan sepupunya sudah pasti Ruby akan di jadikan calon istri. Hah...lebih tepatnya jika dia tidak memiliki jessica.
"Kau kaka Irene? Ahh pantas kalian mirip, senang berkenalan dengan mu kak Jacson, " Jacson tersenyum. Astaga. Bolehkah dia mencubit gemas gadis dihadapan? Sungguh jessica saja tidak semenggemaskan ini.
"Awh...Ruby pantas saja Jim menyukaimu senyummu terlampau manis, kau tau anak itu baru saja melukis wajahmu" Jacson berucap setengah berbisik,
"Benarkah?" Ruby ikut berbisik membuat Jim yang memandang mereka terlihat kebingungan.
"Hm, lihat saja, kalo begitu aku pergi dulu, " Jacson melirik kearah Jim,
" Jim! Aku pergi dulu, jangan lupa saat kau pulang bawakan ikan yang paman siapkan diluar rumah untuk kau bawa" lanjut jacson, lalu lelaki itu pergi meninggalkan keduanya.
Ruby tersenyum melihat kepergian Jacson, lantas pandangnya kembali melihat Jim, ia berjalan mendekati lelaki manis itu.
"Jim, pulang bersama?" Jim tersenyum dan mengangguk, membuat Ruby terenyum, hingga keduanya mulai berjalan untuk pulang.
•
•
•
Ku dengarkan suara lembut gadis disampingku, dia bercerita begitu banyak, dan hanya senyuman yang ku perlihatkan, Bisakah aku berkata jujur? Wajahnya cerianya membuatku tertegun, dia begitu cantik dan manis. Bisakah aku bersyukur atas hal itu?
"Jim, apa kau mendengarkanku???" Kusadari jika kami berhenti berjalan, dan dia tampak menatap ku penuh tanya,membuat ku mengalikan pandang lantas mengangguk.
"Tentu aku mendengarkanmu, " ucapku, dia menghela nafas.
"Tapi wajahmu tidak meyakinkan, hah..yasudahlah, " ucapnya lalu berjalan lebih dulu.
Kuperhatikan dia dari belakang, kurasakan suara ranting pohon yang saling bersentuhan oleh angin sore yang cukup kencang, jalan yang begitu sunyi hanya ada aku dan dia.
Saat angin mulai menerpa lebih kencang.
Daun-daun berguguran jatuh mengenai tubuhku dan dia, namun kenapa? punggung yang kulihat membuat ku terdiam, saat angin menerpa pada rambut panjangnya, dan dengan begitu indahnya dia berbalik melihat ku dengan senyum yang sulit kulupakan.
tuhan. Kurasa aku terjatuh lebih dalam kedalam pesonanya.
"Jim...ayo !!" Langkah ku berjalan saat dia memanggil, sedikit berlari untuk mendekat pada nya.
Saat kuberada dihadapanya, kurapihkan rambut yang bertebangan, mengusap pelan rambutnya, pandang tak lepas dari mata indah miliknya.
Kurasakan debaran yang begitu cepat, dengan hasrat yang keluar begitu pekat, tangan ku terhenti dan memegang pipi nya, entah apa yang akan kulakukan, ku dekatkan wajahku padanya hingga dapat kurasakan nafas hangat yang menerpa wajah.
Pandangku melihat manis bibirnya, hasrat yang membara membuat ku berani untuk semakin mendekat, dia tampak tenang, hingga bibirku menyentuh bibir manisnya, kulihat dia menutup matanya, membiarkan ku untuk merasakan bibir manis hangatnya.
Untuk pertama kalinya, aku merasakan bibir nya, untuk pertama kalinya, kurasakan debaran saat kucium manis bibirmu.
•
angin berhembus dengan daun yang berjatuhan mengenai kedua tubuh yang saling tertautan, akhir musim gugur yang begitu dingin terasa hangat saat Jim mendekap dengan ciuman hangat yang dia lakukan.
Mimpi atau nyata? Entahlah. Karna musim gugur kali ini takan ia lupakan.
•
•
•Daun yang berguguran.
Kurasakan jantung yang berpacu, saat manis bibirmu dapat ku rasa, bahkan dingin akhir musim gugur terasa hangat saat kita berdekatan.
Daun yang berguguran.
Terima kasih sudah menjadi saksi atas kejadian yang ku alami,
Daun yang berguguran.
Manis bibir mu takan pernah ku lupakan. Ruby kurasakan aku terjatuh sangat dalam, dalam perasaan yang kau buat.
Aku jatuh cinta, Ruby.
•
•
•
To be continue.