Alunan musik terdengar damai, radio kecil yang menemani malam di tengah laut dengan bintang yang bertabur dilangit nan gelap, angin malam ini cukup kencang, namun tak menggoyahkan ketenangan.
Lelaki tua itu begitu bersemangat dengan jaring ikan yang ia tarik menuju permukaan, wajahnya menunjukan senyum puas saat ikan yang didapat melebihi harapan,
"Jim masukan kedalam box, malam ini kita mendapat hasil memuaskan" Jim berdiri menghampiri sang ayah, lantas membantu menarik jaring keatas perahu yang sedang yang ditaiki.
"Whoah, ibu pasti senang, tak hanya kecil namun juga besar-besar" Jim berucap lantas ia berjongkok lalu mengambil ikan dan menyimpan nya dibox yang disediakan.
Kedua orang itu memasukan ikan menuju box dengan perbincangan kecil yang mengundang tawa, setelah selesai mereka memilih untuk pulang lebih cepat, Jim masuk ke awak kapal dan duduk lantas kembali mendengar radio yang memutar lagu yang begitu syahdu.
Mata lelaki itu memandang luasnya lautan, langit berbintang dengan cahaya bulan yang menerangi, teringat akan gadis yang hadir menemani kosongnya hati,
karna aku menyukaimu...
kata-kata yang terus teriang dalam pikiran, membuat perasaan bertanya apa arti dari semua itu?
"Apa yang kau pikirkan Jim?" Lelaki tua itu bertanya, ia duduk disebrang anaknya. Jim melirik sekilas lalu kembali menatap lautan.
"Ayah, aku sedang jatuh cinta"
"Benarkah? Gadis mana lagi yang kau cintai? Jim kau slalu bilang mencintai seseorang, tapi sampai sekarang kau tak pernah membawa gadis manapun kerumah, bosan ayah mendengar kau jatuh cinta" terdengar kekehan dari sang ayah,
"Entahlah ayah, yang kurasakan adalah perasaan yang sangat berbeda, aku belum pernah jatuh cinta seperti ini" Jim tampak tak menghiraukan kekehan sang ayah, dia berucap dengan raut begitu serius.
"Memangnya apa yang kau rasakan?" Terlihat lelaki muda itu menghela nafas, matanya berbinar, sorot yang sendu sungguh terlihat jika lelaki ini tengah membayangkan gadis itu.
"Jantungku tidak pernah bisa berdetak dengan normal jika bersamanya, saat dia tersenyum, pandangku tak pernah lepas darinya, saat tangannya menggenggam erat tanganku, aku seakan terbawa dalam dunia baru, dunia dimana hanya dia dan aku, aku tak mengerti, aku baru mengenalnya bulan lalu saat senja kala itu,"
Michael terdiam mendengar cerita sang anak, dia mengukir senyum tipis melihat pandang mata Jim menatap langit. Ia tau jika sang anak tengah membayang orang yang dia cintai.
"Selama hampir 1 bulan aku memikirkannya, hampir setiap hari aku datang ketebing untuk melihatnya namun dia tidak pernah ada, pikiran ku tak pernah bisa berhenti untuk memikirkannya, ada rindu yang menggebu, ku pikir aku takan bertemu lagi dengannya, namun 3 hari lalu aku bertemu dengannya, dia pindah kekampus dan jurusan yang sama denganku, ayah tau? Aku adalah orang pertama yang ia sapa dikampus"
Senyum terukir dibibir lelaki itu, ia memandang sang ayah dengan wajah senang,
"Betapa senang hatiku dan kami menghabiskan waktu bersama hari itu, ayah, aku tak pernah sejatuh ini saat mencintai seorang gadis, dia adalah gadis pertama yang membuat ku tak bisa melepas semua bayangnya, "
"Lalu? Jika kau sangat mencintainya, temui dan ungkapkan perasaanmu,"
"Aku takut ayah"
"Kenapa?" Michael memandang bingung anak lelaki satu-satunya ini.
"Aku takut semua yang dikatakan hanyalah kata tanpa arti yang bermakna..."
•
•