Chapter 12

57.7K 4.4K 45
                                    

Selamat membaca teman-teman

¥¥¥¥¥


Di dalam mobil, Alice memilih duduk menjauh dari pria di sampingnya. Ia memojok, menatap ke luar kaca mobil, memandang gedung-gedung pencakar langit yang tinggi menjulang. Sesekali mulutnya mengumpat pelan karena ia tak berhasil kabur.

"Hentikan semuanya. Duduklah dengan benar!" Decak Dante, yang kesal dengan tingkah laku Alice.

Gadis itu tak menjawab, sengaja menulikan pendengaran.

"Duduk dengan benar, Alice." Desis Dante tajam.

Gadis itu mendesah kasar. Memperbaiki posisi duduknya, bersedekap dada menatap lurus ke depan, tak ada niatan dirinya untuk menatap ke arah Dante.

"Jangan ulangi lagi kelakukan bodoh mu itu." Ujar Dante dingin.

Alice menutup telinga dengan tangannya, mengangkat kedua kaki jenjangnya ke atas jok mobil. Merasa bodo amat dengan pria di sampingnya yang kian menatapnya sengit.

"Bisa turunkan kakimu!" Titah Dante tegas.

Namun Alice tak kunjung menurunkan kakinya. Dante menggeram, mengangkat tubuh ramping gadis itu ke atas pahanya. "Kau tak mau mendengarkan ucapanku?"

"Mau aku perkosa di sini. Sesuai ucapanmu kemarin, hm?" Desis Dante mengabaikan dua bawahannya di depan.

Bukannya takut, Alice malah menggelanyutkan tangannya ke leher pria itu santai.

"Coba saja. Aku tak takut. Syaratnya hanya satu, setelah itu biarkan aku bebas. Jangan cari aku kemanapun!" Bibir Alice terukir senyum miring. Meniup leher Dante sensual.

"Mau bermain denganku, honey?" Alice berbisik lirih, membuat pria itu tampak menggeram tertahan dan akhirnya menurunkan tubuh Alice kembali ke sampingnya.

"Lupakan. Aku tak akan membiarkan kau lolos lagi dari pengawasanku!"

Alice berdecih. "Aku bukan siapa-siapamu. Kenapa kau senang sekali menahanku lama-lama."

"Karena kau sudah jadi milikku." Dante menekankan setiap kata-katanya.

"Aku tak mengingat kau pernah membeliku?" Alice tak terima di klaim-klaim sembarangan.

"Satu milyar itu menurutmu untuk apa?" Dante menunjuk dengan dagunya tas besar berisi uang milik Alice di jok belakang.

"Untukku." Jawab Alice malas.

_______________

Mood Alice sudah buruk, dan sekarang bertambah buruk karena kedatangan perempuan aneh yang tiba-tiba menyelonong masuk ke dalam mansion milik Dante. Membuat Alice yang tengah asik meminum susu di depan televisi terganggu.

"Siapa kau? Berani sekali ada di rumah ini!" Perempuan menor dengan perhiasan berlebihan itu menunjuk wajahnya.

"Satpam." Jawab Alice santai, masih duduk tenang di sofa sembari meminum susu kotak di tangannya.

Mata perempuan itu mendelik. "Jangan main-main denganku. Aku tahu kau pasti jalang Dante, kan!"

Alice mengedihkan bahunya malas. Gadis itu sudah kebal mau dituduh-tuduh apapun oleh orang-orang. "Mungkin. Lebih tepatnya jailangkung."

"Benar-benar kau yah!" Perempuan itu berniat menjambak rambut Alice. Dengan sigap Alice menghindar. Memeletkan lidahnya mengejek.

"Wleee-tidak kena tidak kena!" Alice menggoyangkan pinggulnya kesana kemari.

Wajah perempuan itu merah padam. Ia langsung mengejar Alice walaupun susah payah karena mengenakan heels yang cukup tinggi.

"Sini kau gadis murahan!" Teriak perempuan itu. Bersebrangan dengan Alice di balik meja makan.

"Tangkap aku kalau bisa, nenek sihir!" Alice terkekeh geli.

"Sialan. Kemari kau!" Perempuan itu mengitari meja, berusaha memburu Alice kembali. Namun kalah cepat dari Alice yang langsung membawa pantatnya naik ke atas meja makan, duduk di sisi sebrang.

"Bagaimana? masih mau lanjut?" Alice mengangkat sebelah alisnya. Tersenyum mengejek.

Perempuan itu menggeram tak terima. "AKHHHH AWAS KAU!"

"Ada apa ini?" Dante tiba-tiba datang dengan kemeja putih dan rambut acak-acakan. Pria itu memang baru saja kembali dari suatu tempat.

Perempuan itu segera berlari ke samping Dante. "Dante, siapa gadis menjijikkan itu?" Tangannya menunjuk Alice.

Dante mengalihkan pandangannya pada Alice yang tengah terduduk di atas meja makan, menatap kuku-kuku cantiknya. Gadis itu tampak santai dan tak mau berbicara dengannya sejak tadi pagi.

"Bukan siapa-siapa." Jawabnya.

"Tapi kenapa dia bisa di sini?!" Perempuan itu sedikit berteriak.

Dante berdecih. "Kau juga, kenapa ada di mansion ku?"

Perempuan itu tampak terkesiap. "Aa-Aku kan kekasihmu, Dante!"

"Berkhayal. Pergi dari tempat ku, Juliet." Usir Dante dingin.

Juliet Asegaf, merupakan anak dari rekan bisnis Dante. Mereka bertemu dua tahun lalu ketika pria itu dan ayah Juliet melakukan kerja sama bisnis di Toronto. Sejak pertemuan singkat itu, Juliet langsung menaruh hati pada Dante. Ia selalu saja berusaha untuk mendapatkan perhatiannya.

"Kau mengusirku?" Juliet melotot tak percaya.

"Menurutmu?"

"Ish. Awas saja kau gadis murahan!" Juliet menunjuk Alice dengan tatapan beringas, menghentakkan heels nya ke lantai beberapa kali, sebelum akhirnya pergi dari mansion milik Dante dengan wajah berang.

Alice mengedihkan bahunya, meloncat turun dari atas meja makan. Bersiap masuk ke dalam kamarnya yang ada di lantai dua. Tapi sayangnya, tangannya langsung di cekal Dante kuat.

"Buatkan aku makan malam!" Titahnya, tanpa ekspresi sama sekali.

"Tidak mau, aku mau tidur!" Alice menyentak tangan Dante. Berlari cepat menaiki tangga. Meninggalkan pria itu yang menggeram kesal.

_____________

Terimakasih sudah berkunjung ke cerita ini 🦋

Trapped with the devil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang