Chapter 4

75.1K 4.7K 20
                                    

Selamat membaca semuanya

¥¥¥¥¥

    Alice membuka pintu kamar Dante yang tak terkunci, kepalanya menyembul. Menemukan Dante yang tengah berdiri, memandang ke arah kertas terbentang lebar di atas meja kerjanya.

Dari sisi samping saja, pria itu terlihat menawan dan tentunya tampan. Rambut ikalnya yang acak-acakan tak bisa di pungkiri menambah kesan seksi tersendiri untuknya.

"Dante." Panggil Alice. Dante seketika menoleh, sebelah alisnya terangkat.

"Makanan sudah siap, kau tak mau sarapan?" Alice bertanya, mengajaknya untuk keluar.

"Biarkan mereka dulu." Jawab Dante singkat, kembali memandang kertasnya dengan wajah datar.

Alice tetaplah Alice. Gadis itu dengan berani melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar Dante. Pandangannya ikut terkunci ke arah kertas lebar berisi tempelan foto-foto orang yang sudah di silang menggunakan tinta merah.

Candidates for Hell

Itulah judul besar yang terpampang di atasnya. Mata Alice sontak melotot kaget, wajahnya kaku bak tembok.

"Keluar." Desis Dante tajam.

Kepala Alice menoleh takut-takut ke arah pria di sampingnya. Mulutnya tertutup dengan jemari tak percaya, kakinya sedikit mundur ke belakang. "Ka-kau pembunuh bayaran?!"

"Wow ... Luar biasa!" Decak Alice, kepalanya menggeleng-geleng. Gadis itu sekarang malah terlihat antusias.

Dante menoyor dahi Alice tiba-tiba. "Akh." Kagetnya.

"Aku bukanlah tikus kecil, bodoh." Geram Dante, tak terima di juluki pembunuh bayaran oleh gadis aneh di  depannya.

Wajah Alice tertekuk. "Ish. Lalu kau apa? Kenapa harus tebak-tebakan begini. Kepalaku kan pusing!"

Dante mengetatkan giginya. "Sudah ku bilang, kau tak akan pernah tahu."

"Cepat keluar!" Sentaknya, berusaha mengusir Alice keluar dari kamarnya. Gadis ini sungguh mengganggu ketenangannya.

Alice menggeleng, tangannya mengibas-ibas ke depan. "Tidak mau. Kau harus keluar bersamaku!"

Geraman sengit keluar dari mulut Dante. Jika saja ada pistol, akan ia tembak kepala gadis di depannya sekarang. Tapi sialnya, semua senjatanya bahkan masih dalam perjalanan untuk jatuh ke tangannya.

"Gadis menyusahkan. Ayo keluar!" Desis Dante, melangkahkan kakinya keluar dari kamar dengan wajah berang.

Bibir Alice tertarik ke atas, tersenyum lebar. Kakinya mengikuti langkah Dante keluar dari kamar menuju meja makan. Tapi sebelum itu, satu foto tiba-tiba terjatuh tepat di depan kakinya.

Alice sontak menunduk, mengambilnya, berniat menaruhnya kembali ke atas meja. Tapi gerakannya terhenti, matanya menyipit tajam. "Bukankah ini-"

"Letakan itu!" Titah Dante tegas, berdiri di ambang pintu, netra birunya menyorot Alice dingin.

Kepala Alice mendongak, giginya meringis, mengembalikan foto itu segera ke tempatnya. Lalu ia beranjak mengikuti pria pemarah itu di belakangnya keluar dari kamar.

"Tuan, lihatlah. Alice memasak enak untuk kita pagi ini!" Seru Adam menyambut Dante dan Alice yang datang bersama.

"Hm." Jawab Dante singkat, mendudukkan tubuhnya tenang di salah satu kursi, di ikuti juga ketiga bawahannya.

Alice sendiri masih berdiri linglung. Ia bingung harus duduk dimana. Karena kursi meja makan hanya terdapat empat buah dan itu sudah di duduki oleh empat pria asing di hadapannya.

Trapped with the devil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang