1🐷

59.5K 1.9K 101
                                    

🐶🐰🐷

Jevano masuk kedalam kamar setelah tadi memberi makan bongsik dan teman-temannya.

"Dek?"

"Hum." El menjawab dengan gumaman karena bibirnya sedang menyesap puting maminya.

Jevano mendudukan diri disamping Seina yang duduk di karpet bulu depan tempat tidur.

"Tumben siang-siang nen."

"Penuh. Aku suruh nen aja, males mau pompa."

"Masih banyak terus keluar nya ya yang?"

"Iya. Terlalu sehat apa ya aku makan nya, masa sampai sekarang masih deres terus ASI nya."

"Terlalu sering diremes makanya ngalir terus."

"Papi ihhh." Seina mencubit paha putih Jevano pelan.

El melepas puting maminya, "Mami tutup." Seina mengangguk, lalu mengancingkan kancing bajunya.

El berpindah menggelayuti leher papi-nya.

"Papi papi papi papiiiii."

"Iya apa iya apaaaa."

El terkekeh mendengar balasan dari papi-nya.

"Bentar dulu dek, papi masih ada kerjaan." Jevano sibuk dengan tablet ditangannya sementara El menatap layar lebar itu tidak paham, banyak sekali huruf-huruf. El baru hafal dua huruf E dan L.

Sekolah seminggu tidak langsung membuat El menjadi bocah pintar.

Jevano menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat, lalu menyimpan tabletnya.

Cup

"Papi udah kelja na?" Tanya El penuh harap.

Jevano mengangguk yakin "Udah. El mau apa, heum?" Jevano memeluk tubuh si kecil nenciumi wangi tubuh El, menghirup rakus wangi minyak telon, bedak bayi dan keringat yang sudah bercampur menjadi satu. Tapi wanginya tetep enak, malah makin enak kalau kata Jevan. Sebenarnya kalau Jevan bilang El bau asem itu gak beneran bau, itu cuma akal-akalan Jevano untuk mengejek atau biar El mau mandi karena udah telat waktu mandinya.

"Papi?"

"Apa, sayang."

"Ibu itu siapa sih?"

Jevano melirik ke arah Seina, wanita itu mengendikan bahu tak tau konsep dari pertanyaan putranya.

"Ibu itu yang melahirkan anak."

"El kan dilahilkan mami, bukan ibu."

"Ibu, mami, bunda, mama, itu sama saja. Sama-sama perempuan yang mengandung dan melahirkan anaknya, cuma setiap orang punya panggilan yang berbeda."

"Oo..sepelti papi panggil oma, mamah?"

"Yap, pintar sekali." Jevano menoel pipi tembem El gemas.

"Tapi papi-" El menahan bibir papi-nya yang akan menciumnya lagi. "El boleh punya ibu dua?"

"Gak boleh!" Jawab Jevano cepat, apa-apaan ini. "El mami nya ya mami Seina cuma mami Seina gak ada mami lain. Lagian kenapa El minta mami dua? Istri papi cuma mami, jadi mami nya El ya cuma mami Seina. Gak ada mami dua, mami tiga dan seterusnya."

"Jadi na ndak boleh?"

"Ya enggak lah. Papi aja setia satu istri kok El malah pengen mami dua."

"Bukan El papiiii, El kan cuma tana. El juga ndak mau mami lain selain mami Nana."

"Good boy." Jevano mengacungkan jempol.

"Jadi ndak boleh ibu na dua, papi?"

Jevano menggeleng.

JUST EL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang