13🐷

23.1K 1.4K 66
                                    

🐶🐰🐷

MINIMAL BINTANG NYA JANGAN LUPA KALAU KAMU SUKA CERITA KU 🌟



















"EL!"

Jevano merampas bungkus coklat di genggaman tangan El dengan paksa.

"Buka mulutnya! Ayo keluarin. El udah makan banyak?"

"B-belum."

Jevano membuka lebar-lebar mulut El, memastikan putranya tidak memakan sedikitpun coklat. Setelah memastikan didalam mulut El tidak ada tanda-tanda bekas coklat, Jevano menarik nafas panjang, tapi tubuhnya melemas. Entah apa yang akan terjadi, jika ia telat sedikit saja.

"Kenapa El makan coklat?" Tanyanya tegas.

"Belum di mam."

"Iya, tapi El mau mam coklatnya kan?"

"Tapi belum El mam!"

"Kenapa marah-marah. Harusnya papi yang marah. Gimana kalau papi telat, papi gak tau El mam coklat. Terus El mam itu coklatnya?"

"Tapi El ndak mam! Cokolat na belum masuk." El berseru marah.

Jevano menahan amarahnya, jangan sampai Jevano mungkat hanya karena coklat. Tapi coklat sialan itu memang sangat berbahaya.

Mungkin bagi orang lain, anak kecil terutama. Coklat masuk dalam list makanan yang paling enak, rasanya yang manis membuat semua orang menyukainya dan patut untuk dinikmati. Tapi tidak untuk Axelle, coklat bisa membahayakan tubuh kecilnya.

"Oke, dengerin papi."

"Ndak mau! Papi jaat. Malah-malah sama El."

"Papi gak marah. Papi cuma kaget El mau makan coklat."

"El ndak mam, El cuma mau tium bau na."

Jevano mengangguk. Memegang pundak kecil di depannya dengan sedikit kuat tapi tidak menyakiti.

"El tau kan El gak boleh makan coklat, heum?"

"Tau!" Jawab El ketus dengan bibir mengerucut. Ia masih marah karena papinya tiba-tiba datang meneriakinya, lalu merampas coklatnya dengan paksa dan memarahinya.

"Kenapa sih El ndak boleh mam cokolat?" Tanya El prihatin "Semua na ndak boleh. Mam telul ndak boleh, mam cokolat ndak boleh, mam buah yang ada duli na itu juga ndak boleh."

"Ya kalau makan duri ya mati."

"Papi jelekkkkkk!"

"El cerewet kaya babi."

"Papi na yang babi!"

"El anak babi."

El melepas sepatu sekolahnya lalu melempar sepatunya ke arah Jevano, hampir saja mengenai wajah Jevano. El menciut seketika saat melihat raut wajah papinya yang terlihat menahan emosi.

"Mulai nggak sopan yah, sekarang. Diajarin siapa, hm?"

El menggeleng.

"Kenapa diem? Ayo jawab, biasanya juga ngegas-ngegas."

"HUAAAAA MAAP PAPI." El berjongkok lalu memeluk lututnya sendiri, tidak berani menatap ke arah papi-nya.

Jevano langsung mengangkat El dalam satu tarikan, membuat bocah cerewet itu terkejut, reflek melingkarkan tangannya ke leher Jevano.

"Maaf sayang maafin papi." Jevano mengusap punggung bergetar El.

"Papi jaat."

"Iya papi jahat. Maaf yah."

JUST EL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang