~TG Tujuh~

876 87 8
                                    

Happy reading !
🌷

Theo menarik lengan Pansy, "Ikut saja," ucapnya. Kemudian, ketiganya berjalan mendekati meja gryffindor.

"Theo! Apa yang kau–" Pansy berusaha melepaskan tangannya dari Theo. Namun, nihil cengkeraman tangannya begitu kuat. Ia hanya pasrah ketika mereka membawanya.

"Potter! Weasley!" Theo melambaikan tangannya.

Neville terkesiap melihat Theo, Blaise, dan Pansy yang datang ke meja mereka. Sementara, Parvati, Seamus, dan Dean melirik satu sama lain. Beberapa murid dari asrama lain ikut mencuri pandang. Beberapa menatap tak percaya melihat Theo yang tampak akrab dengan Harry dan Ron.

"Oh, Merlin. Sejak kapan?" bisik Parvati pada Dean.

Dean mengerutkan alisnya, "Apa?" tanyanya. Parvati menunjuk ke arah Theo dan teman-temannya.

Dean hanya mengangkat bahunya, "Entah," ucapnya.

Theo tersenyum, menatap beberapa anak gryffindor yang terkejut melihatnya. "Hai," ucapnya melambaikan tangan. Mereka hanya tersenyum kikuk sebagai balasan.

"Emm hai." Neville menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Ginny menoleh ke arah Blaise, "Duduklah," ucapnya. Blaise mengangguk dan mengambil tempat kosong disebelahnya.

"Kurasa aku ingin pergi ke asrama sekarang, ada beberapa hal yang harus ku lakukan," ucap Pansy hendak beranjak pergi. Namun, Ginny menginterupsinya.

"Duduklah, Parkinson." ucapnya.

Gadis bersurai hitam itu menghela nafas, mengangguk. Lalu duduk diantara Ginny dan Parvati.

Ron memutar bola matanya, "Aku malah senang, jika dia pergi," ucapnya menatap sinis Pansy yang duduk berhadapan dengannya.

"Ron!" Seru Ginny. Ron mendengus.

Theo mengambil tempat kosong disebelah Harry, "Potter, lihat ini." Theo mengambil sebuah syal dari jubahnya. Syal berwarna kuning kenari dengan garis-garis hitam dan terdapat bordiran hewan Badger di ujungnya.

Ron menyipitkan matanya ke arah Theo, "Apa kau mencurinya Nott?"

Theo cemberut mendengar ucapan Ron, "Hei! Aku tidak mencurinya!" Serunya. Ia melilitkan syal itu dilehernya, "Apakah aku terlihat seperti murid hufflepuff yang ramah dan bersahabat sekarang?" lanjutnya, membusungkan dada.

"Bloody hell! Kau lebih seperti orang yang sedang terobsesi dengan seekor Badger." Ron dan Harry terkekeh.

"Darimana kau mendapatkannya, Nott?" tanya Harry.

Theo tersenyum lebar, "Awalnya aku tidak tau harus pergi kemana, ku pikir saat kembali ke asrama pun akan sangat membosankan walaupun awalnya aku memang sangat ingin beristirahat dan berbaring di kasurku yang nyaman. Aku meninggalkan Blaise dan Draco yang sedang bersama Granger. Lalu, pergi bersama kalian, dan kita berpisah didepan ruang perpustakaan. Lalu aku–"

Flashback

"Kita akan berbicara lagi di Aula besar!" Seru Theo, melambaikan tangan kepada Harry dan Ron yang berjalan menjauh.

"Baiklah!" seru Ron kemudian keduanya menghilang di persimpangan koridor.

Theo kemudian berbalik, dan berjalan sambil mengawasi sekeliling tempat. Apa yang harus ku lakukan sekarang? Pikirnya.

Brukk

Theo terkejut saat seseorang menubruknya dari belakang. Ia berbalik, melihat seorang siswa hufflepuff. Siswa itu berbadan pendek hampir dibawah bahu Theo. Ia menggunakan kacamata kotak besar, rambut poni yang menutupi dahinya, dan wajahnya yang terlihat agak bulat.

𝓣 𝓱 𝓻 𝓮 𝓮   𝓰 𝓸 𝓸 𝓭 𝓷 𝓮 𝓼 𝓼Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang