Dalam keterbatasan tenaga dan kesadaran, Fadil berusaha untuk berenang mengikuti arus hingga ia mencapai ketepian dan berusaha meraih apapun yang bisa menghentikannya. Beruntung tangannya mencapai sebuah bayar akar dan dia berhenti terbawa arus. Karena hujan yang turun dengan lebat membuatnya menjadi kesulitan, sebab arus yang deras. Dia berhenti bergerak mencoba untuk mengumpulkan tenaga sejenak sambil mengitari sekitar untuk mencari tempat tepi yang bisa dia singgahi.
Dengan segala rasa sakit dan juga tenaga yang terkuras, Fadil kembali berenang ke tepi sungai dengan mengikuti arus. Dia sangat-sangat bersyukur karena sering berenang di sungai yang ada di kampung halaman Kakeknya, sehingga dia tau bagaimana cara berenang saat arus deras, tapi yang menjadi kendala adalah kaki kirinya terluka sehingga sulit untuk ia gerakkan.
" Tolong!."
Teriaknya saat matanya melihat seseorang yang sedang memancing di tepi sungai, di sela-sela pohon besar. Suaranya yang nyaris hilang dan kesadarannya hilang ketika kepalanya terbentur sebuah batu besar. Dan hal terakhir yang dia lihat adalah suara benda jatuh, yang ia yakini kalau dia akan baik-baik saja.
" Papa!."
Seorang anak laki-laki umur 9 tahun langsung berlari mengejar keduanya hingga mencapai tempat terbuka dan memiliki dataran berbatuan. Disana lah pria itu membawa Fadil menepi.
"Akashi, ambilkan tas Papa." Perintah pria itu pada putranya.
Anak laki-laki itu langsung menurut. Dia kembali dengan cepat. Dan kemudian berdiri diam di samping keduanya, memandangi sang Papa yang mulai melakukan pertolongan pertama. Meski di bawah derasnya hujan. Dia bisa melihat Papanya sangat berusaha.
Dia tidak perlu khawatir, papanya seorang dokter. Jadi dia selalu percaya pada sang papa.
"Abang ini gapapa kok." Kata beliau padanya.
Ia tersenyum lega. "Kita udahan dulu mancingnya ya. Abang ini harus kita bawa pulang dulu."
Anak bernama Akashi itu mengangguk. Tanpa di minta, dia langsung berlari ketempat semula untuk membereskan barang-barang mereka. Kemudian menyusul sang Ayah yang sudah menggendong Fadil pergi dari sisi sungai dan melangkah masuk kedalam hutan.
***
Di tempat kejadian, semua upaya di lakukan. Puluhan tuk SAR dan juga aparat di kerahkan untuk mencari keberadaan Fadil. Bahkan keluarga juga ikut terjun langsung, termasuk sosok Ardika Wahed. Yang terus tanpa henti mencari keberadaan cucunya.Dee keluar dari dalam mobil ketika melihat Rezky naik kembali ke tempat mereka istirahat. Dia langsung menghampiri suaminya.
"Rez, gimana?." Tanya Dee dengan mata sembab dan terlihat sangat lelah.
Rezky menggeleng, membuat dirinya kembali menangis putus asa. Beliau langsung memeluk istrinya, berusaha untuk tetap tenang dan kuat untuk menjadi tumpuan sang istri yang sangat rapuh.
Segala hal dan upaya telah mereka lakukan, Namun sang anak belum juga di temukan. Beliau tentu saja berharap, jika sang anak baik-baik saja. Setelah menenangkan sang istri, Rezky mengajaknya untuk pulang kerumah, karena Rezky tau, istrinya itu butuh istirahat.
Hari terus berlalu, Namun tidak ada perkembangan apapun tentang pencarian kehilangan Fadil. Hingga berbulan-bulan pun dan pihak kepolisian menghentikan pencariannya. Membuat semua pihak keluarga terpaksa untuk mengikhlaskan nya. Meski begitu mereka semua yakin jika Fdil masih hidup, terutama sang ibu.
" Selama aku belum melihat jasadnya, maka anak ku masih hidup.!" ucap Dee dengan begitu lantang dan besimbah air mata ketika sang suami meminta untuk mengikhlas kan kepergian Fadil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fadil & Sheila
Teen FictionFadil dan Sheila adalah dua orang yang pernah berteman dekat saat kecil. Mereka berpisah ketika sama-sama lulus SD. Karena, Fadil dan keluarga nya harus pindah ke Aceh. Yaitu kampung halaman Kakek nya untuk mengurus pekerjaan nya di sana. Dan setela...