03 - Ternyata benar ...

3K 282 8
                                    



- Prolog -

"Abang Satria jangan pergi, nanti Sheila sama siapa " ucap seorang gadis kecil, dengan sedikit merengek pada seorang laki - laki tampan.

"Lebay!" Celetuk seorang anak laki-laki yang seumuran dengan anak perempuan berkepang dua, sedang memeluk Satria. Yaitu, Abang dari di anak laki-laki itu.

Celetukan anak laki - laki itu mengundang delikkan tajam dari Sheila. Yang di tanggapi nya dengan tanggapan acuh tidak acuh.

"Abang Satria di sini aja sama aku dan Bang Rama. Biar aja Fadil yang pergi sendiri. Dia nakal, bandel, suka bikin ulah " rajuk Sheila menarik-narik lengan laki-laki remaja itu. Sungguh menggemaskan melihat tingkah laku anak perempuan cantik itu.

Terlihat begitu manja, dan juga manis. Membuat yang lain hanya bisa tertawa gemas.

Yang di katain, hanya bisa mendelik malas. Dan dengan tenang ia berjalan mendekati sepasang suami istri yang tampak sangat serasi tengah berdiri di belakang Sheila.

"Om Ares, Tante Sheira. Anak nya itu di kasih makan apa sih? Masih kecil udah genit " ujar Fadil pada Ares dan Sheira yang merupakan orang tua dari Sheila.

"Fadil " seorang wanita cantik, yang tidak lain adalah ibu dari Fadil dan Satria. Menegurnya karena sudah berlaku tidak sopan.

Mendengar itu Sheila mendelik sambil me-melet kan lidah pada Fadil sebagai tanda meledek nya. Yang di respon Fadil dengan malas.

"Shei, udah. Lepasin Abang Satria nya. Nanti kalau liburan kita main - main ke Aceh " ujar Rama, remaja lelaki yang sepantaran dengan Satria.

Ia menarik adik perempuan satu-satunya. Agar melepaskan Satria yang sejak tadi mengulum senyum gemas pada kelakuan Sheila. Rama tau seberapa dekat keduanya, mungkin di banding dengan dirinya. Adik nya itu lebih dekat dengan Satria, sahabatnya sejak kecil. Bahkan saat Sheila masih dalam kandungan saja, suka sekali berdekatan dengan Satria sehingga ia malah di abaikan.

"Iya, nanti kalau liburan main-main ya. Atau nanti, Abang Satria yang main ke sini " ujar Satria membuka suara untuk pertama kali.

Sheila dengan masih memasang muka cemberut mengangguk.

"Janji ya, Abang " ujar Sheila menautkan kelingking nya.

"Insya Allah " jawab Satria. Ikut mengaitkan kelingking mereka.

"Jangan cari cewek lain lho " lanjut Sheila membuat kedua orang tua nya kaget. Sedangkan orang tua Satria hanya terkekeh geli sendiri. "Abang harus tunggu, Shei gede trus nikah nya sama Shei aja " lanjutnya lagi dengan muka galak. Namun malah terlihat semakin menggemaskan kan.

Hahahaha

Satria dan Rama malah tertawa keras. Membuat Sheila mendelik tidak suka.
"Abanggg, serius ih "

Di tegur begitu membuat tawa Satria hilang. Ia berusaha untuk menghentikan tawanya. Kemudian melirik pada Ares dan Sheira, kedua orang tua Sheila dan Rama.

"Sheila " ujar Satria dengan lembut, ia mengusap sayang kepala anak perempuan yang baru lulus SD itu. "Abang kan udah pernah bilang, Abang gak bisa menjanjikan hal yang belum tentu bisa Abang tepati. "

Mendengar itu langsung membuat Sheila cemberut dan kesal.

"Jadi, Abang gak mau menikah sama Sheila !"

"Emm.. Sheila, udah ah. Masih kecil juga. Itu Abang Satria mau pergi nanti ketinggalan pesawat lagi " tegur Ares, yang sudah geram sekaligus gemas sendiri melihat tingkah Sheila, anak nya.

"Tapi, Pa -"
"Udah udah, kalau jodoh gak akan kemana kok. Ya, kan Ma ?" Lanjut Ares.

Sheira hanya mengangguk sambil mengulum senyum manis nya. Menarik anak nya agar mendekat padanya.

Fadil & SheilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang