49 - Harus Pergi

342 32 8
                                    


Noah memeluk Fadil dengan erat, entah mengapa kali ini berpisah dengan sahabat nya itu begitu menyesak kan untuk Noah. Perasaan menjadi tidak menentu. Bahkan sejak semalam, ia sama sekali tidak bisa tidur.
Ia merasa, kalau ada sesuatu yang salah.
Padahal, Fadil terlihat biasa aja. Sahabat nya itu juga sudah berjanji akan menyusul saat liburan nanti.

Jadi, mereka akan bertemu lagi. Dan lagi pula, ini bukan pertama kalinya mereka berjauhan. Dan tidak ada yang perlu di khawatirkan. Ksrena, walau jauh, mereka selalu saling berkomunikasi. Tapi, mengapa ia sekarang begitu gelisah untuk berpisah.?

"Loe kenapa deh ? Ngeliatin gue gitu amat " ujar Fadil mendelik heran pada Noah, yang terus menatap nya dengan lekat.

"Loe kok biasa aja kita pisah ?"

Fadil menautkan alisnya, bergidik ngeri pada Noah. Membuat Ayah dan Mama nya terkekeh geli sendiri, dan Om Reno -papanya Noah juga tidak kuasa mehanan senyum geli nya.

"Terus gue harus gimana emang nya ? Nangis kejer gitu ? Guling-guling ? Jangan kebanyakkan nonton drama deh loe, lebay tau gak " delik Fadil.

Noah langsung mendengus malas, percuma saja ia mencemaskan sahabat sialan nya itu. Fadil, memang kadang suka kejam kayak Mak tiri menurutnya.

"Gak asik loe " dengus Noah.

"Ya, bodo amat! Lagian Minggu depan gue kan nyusul. Ya, kan Ma ?" Ujar Fadil, dan bertanya pada Mamanya.

"Iya " jawab Dee.

Noah tersenyum, kemudian mencoba untuk membuang segala perasaan tidak enaknnya.

"Yaudah, Noah ayo berangkat sekarang. " Ujar Om Reno pada anak nya. Ia kemudian beralih pada Rezky dan Dee. " Ky, Dee. Kita berangkat ya. Makasih buat semuanya, sorry kalau gue sering ngerepotin keluarga kalian " lanjut Reno, memeluk Rezky.

"Santai aja lagi, gue sama Dee sama sekali gak repot kok. " Ujar Rezky.

"Kamu jaga diri baik-baik, obat jangan lupa minum. Nurut sama Papa, jangan terlalu capek juga. Makan teratur, kalau mau cerita-cerita jangan sungkan hubungi Tante. " Pesan Dee memeluk Noah.

"Iya, Tante. " Jawab Noah. "Makasih buat semuanya, Minggu depan janji lho, harus liburan di sana "

"Insya Allah, " jawab Dee.

Noah dan Papanya pun pamit, karena panggilan tujuan ke Amsterdam juga sudah terdengar. Fadil, diam-diam mengusap matanya membuat Dee mengulum senyum geli nya. Memeluk anaknya dengan sayang.

"Udah, nanti kita nyusul kok abis bagi rapor kamu. " Ucap Dee, membuat Fadil mendelik.

Setelah keduanya menghilang, baru Fadil dan kedua orang tua nya pergi meninggalkan tempat itu.

***

Salsa dan Nara tiba di bandara tepat saat Fadil dan kedua orang tuanya keluar. Ia langsung berlari menghampiri Fadil.

"Fadil " dengan napas tersengal, Salsa berdiri di depan cowok itu. "Noah mana ?" Tanya Salsa dengan nada bergetar.

Fadil mengernyit heran, ia melirik pada Nara yang juga baru tiba di depan nya.

"Udah berangkat " Salsa langsung terhenyak. Bahunya terkulai lemas, air mata yang setengah mati ia tahan dalam perjalanan mengalir begitu saja. Perasaan marah, sesak, kesal, sedih, kecewa semua campur aduk.

"Noah gak bilang sama loe, ?" Tanya Fadil heran.

Salsa tidak menjawab, tangis nya pecah. Membuat Fadil langsung menahan tubuh gadis itu yang hendak jatuh.

"Kenapa dia jahat banget sama gue ? Kenapa dia gak bilang kalau dia mau pergi ?" Tangis Salsa begitu memilukan.

"Kenapa loe gak bilang, kalau Noah bakal pindah ?" Ujar Salsa tertahan .

Fadil & SheilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang