20 - Dari Awal Milik Orang

2.3K 288 6
                                    

Fadil dan Zahra memang sengaja memisahkan diri dari teman-teman mereka yang lain. Bahkan, sekarang terlihat berjalan-jalan berkeliling komplek perumahan.
Ia sengaja mengajak gadis itu untuk keluar dari kerumunan orang-orang yang terus meledek mereka berdua.

Jadi lah mereka malah menikmati malam Minggu dengan jalan-jalan di sekitaran. Sempat mampir untuk mencoba mie goreng yang ada di perempatan gerbang utama perumahan yang di tempati keluarga nya.

"Sheila itu, cantik ya ?" Ujar Zahra, tiba-tiba ketika mereka dalam perjalanan pulang.

Fadil terkekeh kecil, melirik pada Zahra yang juga melirik padanya.

"Ya " jawab Fadil dengan jujur. "Kenapa ? Jeles, ya ?" Ujar Fadil dengan sedikit bercanda.

Zahra tersenyum kecut, ia memandang jalanan di depan nya. Langkah mereka melewati beberapa rumah mewah dan besar di kiri kanan. " Sedikit" jawab Zahra dengan suara pelan. Tapi, masih bisa di dengar oleh nya, karena suasana malam yang memang sepi.

"Sheila itu temen Fadil waktu kecil. Dulu waktu keluarga Fadil belum pindah ke Aceh. Kita tetanggaan " jelas Fadil.

Zahra tampak mengangguk-angguk paham.

"Oh, pantes aja keliatan akrab sama Tante " tanggap Zahra. "Tapi, kayaknya Fadil lagi perang dingin sama dia "

Fadil menoleh sebentar pada Zahra, dan kemudian menghela napas berat. Ia tidak menjawab, malah mengindikkan bahu nya.

"Kenapa ? Tumben, Fadil gak biasanya sedatar ini sama perempuan " ujar Zahra lagi dengan sedikit penasaran.

"Kayaknya Fadil gak cocok sama perempuan metropolitan " ungkap Fadil dengan nada bercanda.

"Masa ?" Tanya Zahra menggoda.

"Beneran !" Lanjut Fadil, "enggak tau deh, kenapa "

"Bukan gak cocok tapi belum terbiasa aja " jawab Zahra. Langkah mereka semakin dekat dengan rumah Fadil. Bahkan suara musik samar-samar terdengar dari halaman belakang rumah Fadil. "Tante Dee gak benar-benar ngelarang Fadil pacaran kok "

"Heh! Bukan itu. Fadil cuma.. cuma... " Ia seolah kesulitan untuk menjelaskan pada Zahra. Tentang ia dan Sheila, perubahan sikapnya pada gadis itu. "Mereka gak bisa menetap pada satu laki-laki "

Langkah mereka berhenti tepat di depan pintu gerbang rumah Fadil. Zahra berbalik menghadap cowok itu, menatapnya dengan lekat dan juga heran. Tapi, kemudian ia mengulum senyum mengerti.

"Sheila, ngebuat Fadil kecewa ?" Cowok itu langsung kaget saat mendengar pertanyaan itu. Tapi tidak terlalu mengambil pusing. Ia menghela napas berat.

"Zahra tau kan, kalau Fadil gak suka yang ingkar " Zahra mengangguk. "Sekali ingkar gak akan mudah untuk kembali percaya "

"Tapi, manusia gak ada yang sempurna Dil, mereka bisa berubah dan belajar dari kesalahan "

Fadil menatap gadis di depan nya itu dengan lekat. Kemudian mengulum senyum tenang nya. Ini lah yang membuatnya sangat nyaman bersama Zahra. Gadis itu selalu saja bisa membuat nya tersenyum. Dan, hanya gadis itu lah yang selalu bisa nyambung dengan nya dalam membicarakan apapun topik nya.

Sret

Suara pintu gerbang di buka, mengambil perhatian keduanya. Dan Sheila muncul dari dalam sana.

"Sheila " sapa Zahra dengan ramah, pada gadis cantik berpenampilan casual malam ini.

Sheila memicing mata pada keduanya dengan curiga. Pasalnya dua orang itu tiba-tiba saja menghilang sejak tadi. Dan tiba-tiba ketemu dengan nya di luar.

Fadil & SheilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang