THIRTY-EIGHT: A Glimmer of The light of The Beginning Season

4.5K 425 101
                                    

You will never be able to imagine how my legs swing to stand in the current situation

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You will never be able to imagine how my legs swing to stand in the current situation.

...


B E B E R A P A orang mengatakan bahwa segala hal tentang kebahagiaan yang tumpah ruah, tak akan sanggup di katakan dengan kata-kata—dan Nunew membenarkan hal itu.

Beberapa hari terakhir, bahkan ketika keadaan telah berada di ujung tanduk, semuanya belum benar-benar membuatnya selesai.

Intinya ia benar-benar bersyukur! Meski semua perasaan lega serta kebahagiaan ini tak terucap dari belah bibirnya! Namun Nunew yakin, Tuhan pasti tahu segala perasaannya melalui bahasa tubuhnya.

“Nu ...”

Hm? Ya?” Nunew terkesiap sekilas. Sepasang kelopak mata dengan amber gelap itu berkedip beberapa kali, sebagai respon, setelah mengangkat wajahnya dari tumpuan tangan.

“Akhirnya berkedip juga.” Itu suara Zee. Mendesis main-main diakhir kalimat. “Mau sampai kapan kau akan memandangi wajahku, hm?”

Jujur saja, itu membuat Zee sedikit gugup! Hell! Bagaimana tidak? Anak itu telah memandangi wajahnya sejak berpuluh-puluh menit yang lalu, dengan jarak sedekat dua jengkal tangan.

Apa sepasang amber anak itu tidaklah perih?

“Apa ada yang salah dengan wajahku?” Zee buru-buru meraba seluruh permukaan wajahnya risau. Menghempas sebuah buku kecil di atas pangkuannya hingga jatuh menghantam lantai. Apa si bajingan Aof juga membuat luka pada paras rupawan miliknya?! Apa ada goresan di permukaan kulit wajahnya? Apakah ia sekarang terlihat buruk rupa?! “Nu ... Jangan katakan, wajahku —”

“Tuan ...”

Menangis lagi—entahlah, Nunew menjadi sedikit emosional akhir-akhir ini. Si manis menunduk, dengan derai air mata yang merata-rata.

“Nu, ada apa, hm?” tanya Zee lembut, hampir seperti bisikan halus. Ia mati-matian menegakkan tubuh, hingga sanggup merengkuh tubuh ringkih sang kekasih. “Kau jadi sering menangis akhir-akhir ini, tau? Tak malu, lihat aku melihat tangisanmu, loh.” Zee terkekeh ringan di akhir kalimat.

Persetan, shit! Nunew tak lagi peduli dengan harga diri. Ia bahkan telah mendeklarasikan bahwa kalah atas Zee. Terserah pria tua itu ingin melakukan apa! Mengejek, mencaci, atau bahkan mengolok-oloknya—itu tak akan pernah sebanding dengan apa yang telah Zee korbankan untuknya.

“Aku tak percaya, bahwa Tuan akan tetap hidup.”

Kepala si manis ditenggelamkan dalam pelukannya. Zee terkekeh, “aku pernah berkata padamu bukan, Nu? Saat perjalanan pulang dari Palermo kala itu?”

Seulas senyum terbit segaris. Motor tetap melaju saat Nunew mulai mengajukan pertanyaan yang terdengar aneh. “Kau membiarkan ku mengemudi, apa kau tak takut bila aku bisa saja menabrakkan motor ini pada truk sewaktu-waktu?”

PSYCHOMAFIA-Another Part of Love [ZeeNunew] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang