Section 22 : Hunting

7 1 0
                                    


❝ Bagian 22 : Pemburuan ❞

─ 7 Desember 2020.

[ Tsushima White House, Prefecture Nagasaki ]

02.20 a.m.

     Di penginapan besar dengan banyaknya rumah serta kamar yang disewakan, pada dini hari, tentu saja semua penghuni masih tertidur pulas. Namun, tidak pada kamar nomor 4, rumah penginapan Blok C, salah satu dari keduanya tengah berdiri dan membaca sebuah catatan yang tertempel pada daun pintu.

"Jadi?" tanya Dante melihat Sergius tidak berpindah posisi.

"Kita menyusul dan berjaga."

     Sebenarnya pun, keduanya cukup tersadar dalam tidur pura-puranya ketika Leonardo masuk dan keluar kamar mandi. Mendengar decitan kecil pada pintu, membuat Sergius yang pertama kali membuka mata, lekas meraih iPad dan melihat ke arah mana Leonardo pergi. Dan ternyata remaja yang lebih muda dari mereka meninggalkan penginapan, Sergius menduga bahwa Leonardo pergi ke arah Selatan jalan dari gerbang masuk dengan mobil hitamnya.

Tok. Tok.

"Sshh.." kode Sergius pada Dante yang beranjak dari tempat tidur.

     Ketukan itu tidak berasal dan tidak terdengar dari daun pintu kamar mereka. Melainkan dari arah samping kanan, lebih tepatnya kamar penginapan yang ditinggali Marianus Carlo selama 2 hari terakhir.

     Di kamar nomor 3, ketukan pintu menginterupsi sang penginap dini hari ini, mungkin sudah hampir fajar. Sejak datang ke penginapan dua hari lalu, Carlo sama sekali tidak keluar kamar hingga anggota mafia Triad yang senantisa menerimanya datang membawa dirinya untuk lari ke negara Jepang, bergabung dengan anggota lain. Tetapi, apa itu mungkin? Seorang pengkhianat dari sindikat mafia lain, beralih haluan berlindung pada sindikat yang diyakininya lebih kuat dari sebelumnya?

Tok. Tok.

     Ketukan pada daun pintu mulai terdengar lagi usai ketukan pertama tidak dihiraukan oleh Carlo karena rasa kurang yakin. Namun, setelah dirinya mendapat satu pesan dari seseorang yang paling ditunggu, Carlo dengan cekatan bangkit dari duduk dan membuka pintu itu. Menampilkan dua orang laki-laki tinggi mengenakan formal-suit dari atas hingga bawah, diketahui bahwa mereka berasal dari sindikat mafia Triad.

"Bagaimana pelarianmu?" tanya laki-laki berkulit putih pucat, bernama Hotaka Nakamura.

"Cukup sulit."

"Maaf, kami telat mendatangimu. Pemimpin sedikit sulit bernegosiasi tentang ini." sahut laki-laki satunya berkumis tipis, Katashi Saio.

"Tidak masalah. Kalian sudah disini, jadi aku cukup tenang."

Hotaka melangkah masuk, "Begitukah?"

     Senyum yang tertera pada bibir Carlo, perlahan luntur, saat Hotaka semakin memasuki penginapannya dengan Katashi dibelakangnya. Remaja 18 tahun itu meneguk ludahnya kasar, saat tangan kekar Hotaka terulur pada pundak kanannya dan mencengkramnya erat, hingga Carlo mulai meringis.

"Pengkhianat dalam keluarga, tidak bisa dimaafkan. Sebuah keluarga tentu saja tidak ingin jika sampah busuk memasuki wilayahnya, mereka pasti akan menyingkirkannya dengan berbagai cara, hingga bau busuk itu tidak lagi tercium sampai ujung atas pondasi keluarga. Kamu paham maksud saya, Carlo─"

Katashi yang berdiri disebelah kanan Hotaka kini mengangkat dagu, "Sepertinya kamu melupakan Cosa Nostra. Triad memang berselisih dengan Ndrangheta, tetapi tidak dengan Cosa Nostra atau sindikat serupa lainnya. Petinggi tidak ingin mencampuri urusan yang terjadi didalam Ndrangheta, termasuk menerima pengkhianat."

PREDATORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang