Section 23 : His Arrival

8 1 0
                                    


❝ Bagian 23 : Kedatangannya ❞

"Apa yang kamu ketahui, brengsek?"

     Leonardo memberikan gelengan pada Carlo yang menatapnya dengan samar-samar, karena banyak darah yang telah keluar dari area ginjalnya. Tangan kiri Leonardo lantas mendorong bahu Carlo dengan kasar hingga tubuh itu tersungkur ke belakang, mengenai dinding container besi disana.

"Dimana kamu menyembunyikannya?" tanya Leonardo alih-alih memberi kesempatan untuk berbicara.

Carlo berusaha menegapkan punggung dan bersandar pada container dibelakangnya sembari menutupi luka tembakan, "Carilah sendiri, wahai anak angkat Consigliere yang agung. Tcih, bagaimana bisa pria itu mengangkatmu sebagai anak? Apa kamu tidak mempunyai orangtua atau sengaja dibuang?"

     Kepala remaja Pasqualle perlahan menunduk guna menyembunyikan tawaan sarkasnya usai mendengar penuturan terasa seperti ejekan yang dilontarkan kepadanya dari sebuah tubuh tidak berdaya dihadapannya.

"Aku anggap sebagai perkataan terakhir─"

     Carlo benar-benar tidak peduli bagaimana lagi cara untuk membuatnya mati, cukup saat terjatuh dari pesawat hingga sebelum dirinya terjebak bersama Leonardo, dirinya masih bertahan hidup tanpa memikirkan makanan dan minuman. Namun sekarang adalah akhir dari pelarian dan pemburuannya.

Dor!

"Arghh.."

     Satu peluru menghunus tidak beraturan terarah pada tubuh Carlo, diikuti beberapa peluru lain yang ditembakkan tiada henti dari Leonardo. Darah mulai menggenang di area tubuh yang terduduk tersandar pada satu container, dan sang pelaku hanya memandangi lama korban yang telah berkhianat itu sesekali menampilkan seringaian.

     Atensinya jatuh pada sebuah kapak kayu besi yang terletak tidak jauh dari bom rakitan. Langkahnya mendekat, tangannya terulur untuk mengambil benda itu. Dengan tenang dan tidak gegabah, Leonardo mulai melayangkan kapak besi digenggamannya erat pada area leher tubuh Carlo yang telah dibaringkan.

     Kepala dari tubuh itu terputus dengan satu layangan kapak. Darah mulai mengucur bebas dari kerongkongan yang telah terpotong. Sama halnya dengan bagian tubuh lainnya, seperti kedua tangan juga kaki terbagi dalam beberapa bagian. Leonardo memotong-motong tubuh itu sesekali mematahkan tulang-tulangnya, tidak memperdulikan banyaknya darah menyebar hingga tempatnya berdiri, kemungkinan semua darah dalam tubuh Carlo telah tumpah pada lantai kabin kapal.

     Leonardo Pasqualle sempat terdiam beberapa saat, menatap seraya menjauh dari tubuh Carlo yang telah dimutilasi secara tidak manusiawi olehnya. Leonardo pun memutuskan untuk membuang potongan tubuh ke perairan Laut Timur satu-persatu, dan tidak lupa untuk membasuh kedua tangannya yang berlumuran darah dengan air laut. Ketika berada di luar kabin, pandangannya mendapati perkotaan dari negara Korea Selatan samar-samar terlihat dan matahari mulai terbit.

     Remaja 15 tahun itu sempat memutar kepala ke arah dalam kabin kapal, lebih tepatnya pada bom rakitan yang belum tersentuh olehnya sama sekali. Namun, dirinya sempat melihat bahwa bom rakitan itu akan meledak 30 menit lagi. Leonardo menutup pintu kabin dan menguncinya rapat-rapat lalu menemui awak kapal lainnya, termasuk Nakhoda yang senantiasa berada didalam anjungan bersama Masinis pengganti.

"Aku sudah menanganinya, kalian tidak perlu khawatir." beritahu Leonardo dengan senyuman pada bibirnya, tanda bahwa tidak ada kebohongan disana.

"Benarkah?" tanya Masinis pengganti yang menyahut.

"Tentu saja. Tetapi, bisakah aku meminta satu hal lagi?"

     Masinis pengganti bersama Nakhoda iu mengangguk bersamaan ketika Leonardo menanyakan dan meminta satu hal dari mereka.

PREDATORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang