Suara sendok dan piring yang saling bersentuhan menjadi pengisi di tengah-tengah hening nya suasana sarapan. Sesekali melirik ke arah jam dinding, pria yang sudah satu semester duduk di bangku SMA itu mempercepat makannya.
"Kak, Kana berangkat sendiri aja naik bus." Satu kalimat itu menghentikan kegiatan Noval.
"Kenapa? Kakak masih bisa antar kamu kok. Nggak akan telat." Balas Noval seraya mengambil gelas berisi air di depannya.
"Gapapa, Kana lagi pengen naik bus." Ucap laki-laki dengan pandangan kosongnya.
Noval lantas menyetujui keinginan sang adik. Keduanya lantas berpamitan pada Citra dan si kecil Juna. Anak itu tidak berangkat sekolah hari ini karena demam. Sudah bukan hal aneh bagi Juna terserang demam tiba-tiba. Tubuhnya memang terlalu ringkih.
Noval mengantar Kana hanya sampai halte dekat rumah, lantas melesatkan sepedanya menuju sekolah. Adiknya tadi sempat mengatakan bahwa akan pulang terlambat karena harus mengerjakan tugas kelompok di salah satu rumah temannya.
Kini Kana sudah turun dari bus. Tinggal berjalan beberapa meter saja dan dirinya sudah sampai di sekolah. Sudah terdengar betapa ramainya para siswa yang mulai menuju gerbang. Maklum, lima belas menit lagi bel masuk akan berbunyi.
Kana langsung melangkahkan kaki menuju kelas. Dapat ia rasakan kelas sudah penuh dengan para siswa. Mereka terdengar sedang ribut menyalin tugas dari satu sama lain. Ia lantas melipir dan duduk di bangkunya sendiri.
Seseorang menghampiri Kana yang tengah duduk dengan tenang. Anak itu menyerahkan sebuah tas berisi bahan-bahan untuk tugas yang akan dikumpul besok pagi.
"Ini kamu bawa ya nanti. Kita naik bus aja, aku tunggu di halte." Ucap anak itu lantas pergi begitu saja tanpa ingin mendengarkan balasan dari lawan bicaranya.
Kana hanya mengangguk dan meraba benda di depannya. Setelah memastikan bahwa itu adalah barang-barang yang seperti diminta gurunya, ia memasukkan tas itu ke dalam laci.
Pelajaran hari ini terasa membosankan. Terlihat dari banyaknya para siswa yang terus menguap, termasuk Kana. Beberapa siswa juga sudah meletakkan kepala di meja.
Beruntunglah bel pulang telah menggema membuat seluruh siswa menegakkan punggung dengan sukarela. Mereka lantas ke luar satu per satu setelah diizinkan guru untuk meninggalkan kelas.
Kana menggendong tasnya dan meraih tas di laci. Ia berjalan menuruni anak tangga dengan sangat hati-hati. Laki-laki itu mempercepat langkahnya menuju halte, takut teman-temannya menunggu terlalu lama.
"Kana! Cepatlah, bus kita hampir jalan!" Seru anak yang menitipkan tas pada Kana tadi pagi.
Kana semakin mempercepat langkahnya dan segera masuk ke bus. Di dalam bus dia hanya diam tidak ikut bergabung dalam pembicaraan teman-temannya.
Perjalanan menuju rumah teman Kana terasa cukup lama. Mereka akhirnya berhenti di halte yang daerahnya cukup jauh dari rumah Kana. Tempat ini sangat asing baginya, ia hanya bisa mengikuti yang lain saja.
Mereka berjalan menuju sebuah desa yang letaknya tak jauh dari halte. Ada Oki yang tiba-tiba saja ikut bergabung dengan mereka, tapi Kana masih belum menyadari hal itu.
Merasa tertinggal dengan yang lain, Kana berusaha berlari mengejar. Ah, kenapa mereka seperti ingin sekali meninggalkan Kana?
"Teman-teman, tunggu aku." Ucap Kana membuat ke empat laki-laki di depannya berhenti.
"Sini, biar aku saja yang bawa." Seorang temannya mengambil tas yang Kana tenteng.
"Makasih ya." Ucap Kana yang hanya dibalas dengan anggukan.
![](https://img.wattpad.com/cover/322563886-288-k124117.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lakara Bunda | norenmin [END]
FanfictionMohon untuk tetap tinggalkan VOTE dan KOMENTAR walaupun sudah end. [⚠️Alur sedikit cepat dan belum direvisi. Harap maklum jika masih berantakan.] ~•~•~•~•~•~ Kesedihan itu sementara, pun dengan kebahagiaan yang akan pudar jika habis masanya. Bunda a...