23 - Kakak Janji, Na

2.6K 336 8
                                    

Janlup VOTMEN nyaaa~

Makasih sudah mengikuti sampai part ini

Selamat membaca^^

________________

Dua bulan sudah berlalu walau hati mereka masih begitu kelabu. Langit yang tak cerah juga tak mendung menjadi payung tiga insan yang tengah mencoba untuk terus bertahan.

Pria berjaket jeans itu berjalan seraya menggandeng dua orang yang paling ia sayang. Ia berhenti sebentar untuk membeli dua keranjang bunga lantas masuk ke pemakaman.

Ada rasa nyeri di hatinya saat ia mengunjungi dua makam sekaligus. Terlebih lagi kini ada Citra yang kondisinya tak sebaik dulu. Perempuan itu sejak tadi hanya diam mengikuti ke manapun dirinya pergi.

Ketiganya berjongkok di samping makam. Noval lantas mulai membersihkan daun-daun kering dan rumput di sekitar nisan. Setelah itu ia memberikan satu keranjang bunga pada Kana. Anak itu lantas menaburkannya perlahan.

Noval meraih tangan Citra lembut untuk didekatkan ke bunga. Perempuan itu lantas mengambil segenggam bunga dan menyebarkannya di atas makam sang anak.

Pria itu memperhatikan Citra dengan tatapan nanar. Bunda benar-benar sudah kehilangan dirinya sendiri. Pandangan matanya kosong dan mungkin saat ini dia tidak tahu sedang mengunjungi makam siapa.

Noval menghela napas pelan lantas ikut menaburkan bunga. Mereka terdiam setelah bunga di keranjang habis.

Kana terlihat mengusap nisan sang adik dengan lembut. Masih ada duka yang terpancar dari manik matanya. Meski begitu saat ini ada segaris senyum yang sangat tipis di wajahnya.

"Kamu pasti sudah bahagia bersama ayah kan? Jangan sedih lagi, karena kami baik-baik aja di sini. Ada satu kalimat yang belum pernah Kakak sampaikan secara langsung sama kamu, Juna."

Kana menjeda kalimatnya sesaat. Laki-laki itu lantas menundukkan kepalanya.

"Kakak sayang banget sama kamu, Arjuna." Ucap Kana lantas air matanya meluncur begitu saja.

Noval terdiam, ia tahu betul bagaimana perasaan Kana. Anak itu terlalu banyak diamnya. Ia juga merupakan seseorang yang sulit mengungkapkan perasaannya sendiri.

Selama ini Juna lah yang selalu membuat dirinya tertawa. Tingkah dan ucapan Juna selalu bisa membuat Kana tersenyum. Tapi, kini Juna telah hilang dari hidupnya. Meninggalkan kenangan lucu yang berubah jadi sendu.

Citra menjatuhkan dirinya ke tanah membuat Noval beranjak. Tapi, pria itu mengurungkan gerakannya saat melihat Citra meletakkan kepala di atas makam Juna. Perempuan itu terlihat begitu tenang di sana dengan tangan yang mengusap lembut ukiran nama sang anak.

Noval mendongakkan kepalanya menatap langit yang telah tertutup awan hitam. Ia tak ingin menjatuhkan air matanya lagi. Karena saat ia menangis justru hatinya terasa lebih sesak.

Perempuan dengan rok sebetis dan cardigan rajut berwarna lilac itu bangun lalu meraih tangan Noval. Pria itu kemudian tersenyum memandang wajah bundanya.

"Mau pulang..." Lirihnya.

"Iya Bunda, kita pulang sekarang." Balas Noval lalu membantu Citra berdiri.

Ketiganya lantas berjalan pelan meninggalkan area pemakaman.

Sesampainya di rumah Citra lantas kembali mengurung dirinya di kamar. Noval kemudian menemani sang adik duduk di sofa.

Lakara Bunda | norenmin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang