Makasih yang sudah baca sampai part ini.
Hargai tulisan aku dengan VOTE + KOMENTAR yaaa
Mohon maaf jika ada sesuatu yang kurang berkenan di hati teman-teman
Selamat membaca~
_______________
Pria berkemeja cokelat berjalan memasuki bus. Dia duduk di samping jendela seraya mendengarkan suara kendaraan yang saling salip menyalip di pagi yang cerah ini.
Tanggal merahnya kali ini tidak bisa ia gunakan untuk beristirahat. Dia harus datang ke studio untuk pemotretan. Meski begitu, Kana tetap senang. Setidaknya ia bisa terus produktif sekalipun di hari libur.
Turun dari bus Kana lantas berjalan sekitar lima menit untuk sampai ke tujuan. Sesampainya di sana laki-laki itu lantas masuk ke ruangan yang biasanya ia pakai untuk pemotretan.
Seorang perempuan yang usianya lima tahun lebih tua memintanya untuk duduk. Kana terus diam saat proses rias, ia ingin agar hasilnya bisa maksimal.
Selesai dirias, pria itu lantas menuju ruang ganti untuk memakai setelan jas yang sudah disiapkan oleh tim. Ia terlihat begitu tampan dan sangat cocok dengan pakaian yang ia kenakan.
Hari ini ada salah satu brand helm ternama yang memintanya untuk menjadi model. Perusahaan itu mempercayai Kana sebagai modelnya karena akhir-akhir ini namanya menjadi sorotan di media terkait.
Pria berpakaian hitam itu duduk di sebuah kursi lantas mengikuti setiap instruksi yang diberikan oleh sang fotografer. Kana melakukannya dengan baik, membuat pekerjaan berjalan dengan cepat.
Kana pribadi menikmati pekerjaan ini, teman-teman kerjanya juga baik meskipun tak semua ramah kepadanya. Ada satu dua teman kerjanya yang juga kurang suka dan kadang bersikap kurang mengenakkan, tapi itu tidak membuat Kana terusik.
Selama ini sebenarnya Kana ingin sekali melihat dirinya di depan cermin. Bunda selalu bilang bahwa putra-putranya memiliki paras seperti seorang pangeran. Bunda juga selalu memuji bahwa dirinya memiliki wajah yang rupawan dan siapapun wanita yang melihatnya akan langsung jatuh cinta.
Tangannya meraba benda yang memantulkan bayangan indahnya dengan begitu jelas. Dia selalu berharap, gelap yang selama ini ia lihat akan hilang dan kembali seperti sedia kala.
"Aku ingin melihat wajahku sendiri, tapi aku jauh lebih ingin melihat wajah bunda." Lirihnya lantas menjauhkan tangan dari cermin.
Hari semakin siang dan Juna semakin bermalas-malasan. Anak itu sejak pagi hanya merebahkan tubuhnya di sofa sambil menonton televisi. Tidak ada niatan membantu Noval membersihkan rumah sama sekali.
Pria dengan gagang pel di tangannya itu menghela napas panjang melihat tingkah sang adik. Ia tidak ingin mengulang ucapannya lagi pada Juna untuk segera membawa sampah-sampah ke depan rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lakara Bunda | norenmin [END]
FanfictionMohon untuk tetap tinggalkan VOTE dan KOMENTAR walaupun sudah end. [⚠️Alur sedikit cepat dan belum direvisi. Harap maklum jika masih berantakan.] ~•~•~•~•~•~ Kesedihan itu sementara, pun dengan kebahagiaan yang akan pudar jika habis masanya. Bunda a...