8 - Semua, Menyimpannya Sendiri

3.6K 498 31
                                    

Jangan lupa VOTE + KOMENTAR kalian...

Itu sebuah dukungan buat aku pribadi, untuk segera menyelesaikan tulisan amatir ini:")

Selamat membaca^^

________________

Sudah sepuluh menit Noval menunggu adiknya di parkiran, tapi anak itu tak kunjung terlihat. Turun dari sepeda ia lantas berjalan menuju lantai tiga.

Dengan tenang laki-laki itu menaiki tangga satu per satu hingga berhenti di depan kelas yang sudah sepi. Noval mengintip isi kelas melalui kaca jendela, sudah tidak ada orang. Untuk memastikan lagi ia masuk ke dalam dan menemukan satu tas di bangku belakang.

Karena merasa tidak asing dengan tas itu akhirnya Noval mendekat. Matanya terbuka lebar saat mengetahui tas itu milik Kana. Tapi, di mana adiknya sekarang?

Merasa ada yang tidak beres Noval lantas membawa tas itu dan berlari menuju UKS. Sesampainya di sana ternyata tidak ada siswa yang sakit sama sekali. Penjaga ruangan itu juga mengatakan hari ini tidak ada satu pasien pun.

Noval memijat keningnya frustrasi, ia takut terjadi apa-apa pada Kana. Pria itu akhirnya mengelilingi sekolah, mulai dari kantin, mushola, perpustakaan, lobi, lapangan, hingga kembali lagi ke parkiran. Tapi, Kana juga masih tidak dapat ia temukan.

Noval lantas berlari menyusuri tiap toilet yang ada, bahkan toilet guru juga ia cek. Dirinya sudah menginjakkan kaki di lantai tiga lagi. Ada beberapa toilet di ujung bangunan lantai tiga yang belum ia lihat.

"Tapi, toilet di sana rusak dan tidak pernah lagi digunakan. Apa iya ada Kana?" Batin Noval seraya melangkah perlahan.

Untuk meyakinkan bahwa memang tidak ada adiknya, Noval membuka satu per satu pintu toilet. Dua pintu sudah terbuka dan kosong. Tinggal satu pintu lagi di paling ujung.

Noval menyeritkan dahi saat melihat ada kayu yang terpasang di gagang pintu. Matanya juga melihat ada jejak sepatu di depannya. Merasa ada yang ganjal, Noval menyingkirkan kayu itu lantas membuka pintu.

Jantungnya terasa mencelos saat melihat Kana sudah terduduk tak berdaya. Noval menepuk-nepuk pipi adiknya. Tak memberikan respon apapun dia lantas membopong tubuh Kana membawanya ke UKS.

"Kak..Sesek banget.." Lirih Kana saat mereka  baru sampai di lantai dua.

Noval mendengar itu dengan jelas, tapi ia tak menjawab apapun. Laki-laki itu terus lari agar segera sampai di ruangan yang dituju.

Kana langsung dipasangi selang oksigen oleh petugas medis yang berjaga. Tak lama kemudian anak itu membuka matanya perlahan, membuat Noval menghela napas lega.

"Apa yang sakit? Bilang sama Kakak." Tanya Noval seraya menggenggam tangan adiknya.

Kana tersenyum lantas menggeleng pelan. Masih dengan selang oksigen yang terpasang, laki-laki itu mencoba untuk duduk dibantu oleh sang kakak.

"Makasih ya, Kana nggak tau lagi kalau Kakak nggak dateng." Ucapnya dengan pandangan ke arah depan.

Setelah dirasa kondisi Kana membaik, Noval lantas merangkul adiknya ke parkiran. Noval mengayuh sepedanya dengan cepat, tapi tetap dengan hati-hati agar segera sampai di rumah.

Sesampainya di rumah Noval langsung menyuruh Kana untuk tiduran. Laki-laki itu berjalan cepat menuju dapur untuk membuat teh hangat. Sebelum kembali ke kamar dirinya berpapasan dengan Juna yang baru saja pulang dari bermain.

"Tumben minum teh, Kak."

"Untuk Kak Kana. Asmanya kambuh," satu kalimat dari Noval praktis membuat Juna lari mendahului pria dengan secangkir teh di tangan.

Lakara Bunda | norenmin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang