Dua balita laki-laki sedang asyik bermain mobil-mobilan di ruang tamu bersama dengan seorang pria yang usianya hampir menginjak kepala tiga. Tak sabar menunggu sang bunda membuatkan susu cokelat hangat, dua anak itu bangkit lalu berlari menuju dapur.
"Kalian mau ke mana? Sini nak, main sama Ayah dulu." Seru pria berperawakan tinggi lantas beranjak menyusul dua putranya.
"No dulu, Nda. Cucunya bwat No dulu." Ucap anak berusia tiga tahun berusaha meraih susu hangat di tangan Citra.
"Aaaa cuuu, cucuuu." Rengek bocah yang baru aktif-aktifnya berjalan dan berlari itu pada bundanya.
Citra menghela napas pelan melihat kelakuan dua putra kecilnya yang selalu tidak sabaran. Bima hanya terkekeh melihat betapa repotnya Citra. Pria itu kemudian menerima satu gelas kecil susu milik si bungsu.
"Kana, ini susunya ada di Ayah." Panggil Bima sambil menarik kursi untuk sang anak.
Kana lantas berlari menghampiri sang ayah dengan girangnya. Sementara putra sulung di keluarga itu sudah mulai duduk sambil memegang segelas susu yang ia terima dari sang bunda.
"Hayo, memangnya Kana sudah berdoa?" Tanya Citra saat melihat si kecil hampir menyeruput minuman itu.
Anak itu meletakkan gelasnya kembali lalu menyeringai ke arah bunda yang menegurnya. Noval hanya tertawa kecil melihat tingkah sang adik.
"Noval, adiknya dipimpin berdoa yuk."
"Ya, Nda." Noval mengangguk kemudian menengadahkan kedua tangannya di depan dada. Diikuti oleh si kecil dengan tangan yang hampir menutup separuh wajahnya.
Selesai berdoa keduanya lantas meneguk susu dengan perlahan sampai habis tak tersisa. Bima dan Citra tersenyum hangat memandangi kedua putranya.
"Alham-du-lillah." Ucap Noval mengeja seraya meletakkan gelasnya di meja.
"Am-du-lilah." Kana mengikuti ucapan kakaknya.
Bima meraih dua gelas kotor di meja dan berjalan menuju wastafel. Noval dan Kana masih duduk tenang memperhatikan Citra yang memejamkan mata sambil memijit kening.
"Nda akit?" Suara Noval membuat Citra membuka matanya.
"Enggak, Bunda sehat. Noval gosok gigi sama Ayah dulu ya. Terus ke kamar. Okey?"
Noval mengangguk lalu berlari menghampiri Bima yang sudah menunggu di ambang pintu kamar mandi. Citra menurunkan Kana dari kursi lantas menggandengnya menuju wastafel.
Perempuan itu mengambil kain lembut lalu mencelupkannya ke air hangat yang sudah Bima siapkan. Dengan perlahan Citra membersihkan mulut bungsunya dari sisa-sisa makanan dan minuman yang sudah masuk ke mulut mungil itu.
Selesai gosok gigi, mencuci tangan dan kaki, dua anak itu dengan semangat naik ke atas tempat tidur. Keduanya kini sudah siap mendengarkan dongeng dari sang ayah.
Bima meraih buku dongeng bergambar lalu mulai membacakannya untuk Noval dan Kana. Pria itu begitu ekspresif saat membaca, membuat kedua putranya tergelak pada bagian-bagian yang menurut mereka lucu. Sedangkan Citra memilih bersandar sambil menyimak ketiga laki-laki di sampingnya.
Di samping Bima, Kana sudah tertidur pulas setelah mendengar cerita selama sepuluh menit. Noval yang sudah mengantuk membenarkan selimutnya, kemudian melihat wajah bundanya.
Tangan kecilnya mengusap lembut perut Citra. Perempuan itu tersenyum melihat sikap hangat sulungnya. Sedetik kemudian Noval mengajak bicara makhluk kecil di dalam perut Citra.
"Jan nyakal ya. Nanti kacian unda klo tamu nyakal."
(Jangan nakal ya. Nanti kasihan Bunda kalau kamu nakal.)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lakara Bunda | norenmin [END]
FanficMohon untuk tetap tinggalkan VOTE dan KOMENTAR walaupun sudah end. [⚠️Alur sedikit cepat dan belum direvisi. Harap maklum jika masih berantakan.] ~•~•~•~•~•~ Kesedihan itu sementara, pun dengan kebahagiaan yang akan pudar jika habis masanya. Bunda a...