11 - Noval yang Selalu Tanggap

3.1K 438 13
                                    

Adiwarna langit di kala sore begitu cantik di pandang mata. Cahaya yang sedikit temaram  menjadi tanda senja akan segera tiba. Pria berseragam itu mengayuh sepedanya dengan santai sambil menikmati jalanan yang tidak begitu ramai.

Ia pulang terlaku sore karena harus membantu mengantar barang dari toko ayah rekannya. Lumayan, imbalan yang diberikan bisa dipakai untuk tambahan membeli obat Juna dan inhaler Kana.

Memasukkan sepeda ke garasi, Noval lantas masuk ke rumah. Matanya langsung menangkap keberadaan adik terkecilnya yang sedang sibuk menggambar sambil menonton tv.

"Kak, bagus nggak?" Tanya Juna saat Noval mendekatinya.

Pria itu meraih buku gambar Juna dan memperhatikannya dengan serius. Memegang dagu sambil seolah berpikir, membuat Juna menanti jawaban sang kakak dengan sedikit berdebar.

"Bagus banget lah." Ucap Noval bersemangat membuat Juna langsung menerbitkan senyum.

Laki-laki yang sudah membuka kemeja seragamnya itu kemudian masuk ke kamar dan meraih handuk untuk mandi. Badannya sudah terlalu lengket jika menunggu nanti-nanti.

Selesai membersihkan badan adzan Maghrib berkumandang. Noval lantas segera mengajak sang adik untuk salat berjamaah.

Tak lama setelah itu Citra pulang dengan membawa plastik berisi makanan. Perempuan itu lantas mencari keberadaan anak-anaknya.

"Kok cuma berdua, Kana nggak ikut?" Tanya Citra saat melihat kedua anaknya keluar dari tempat pesalatan.

Detik itu juga Noval baru sadar kalau Kana belum pulang. Pria itu lantas melepas peci dan menyalami tangan ibunya.

Ia melesatkan sepedanya dengan cepat menuju salah satu rumah teman Kana yang ia kenal. Di kepalanya kini sudah banyak pikiran negatif mengenai kondisi Kana.

Bagaimana tidak, sejak masuk SMP Kana sering kali diperlakukan tidak baik oleh teman-temannya. Apalagi saat ini Noval sudah tidak satu sekolah dengan sang adik, keberanian teman-temannya pastilah semakin tinggi untuk mengerjai Kana.

Menghentikan sepedanya di sebuah rumah mewah, Noval dengan sopan mengetuk pintu. Beberapa saat kemudian seorang remaja seusia Kana keluar masih dengan seragamnya.

"Loh, Kak Noval tumben kesini. Ada apa Kak?"

"Rafi, kamu tau nggak Kana di mana? Dia bilang ada kerja kelompok. Tapi sampe malem gini belum pulang."

"Mungkin belum selesai Kak. Aku aja juga baru pulang." Jawab Rafi ramah.

"Kamu nggak satu kelompok sama Kana?"

"Enggak. Setau aku tadi Kana naik bus sama Oki dan kawan-kawan. Aku sih mikirnya mereka mau ke rumah Tio, karena bus yang mereka tumpangi searah sama rumah Tio."

Setelah mendapat sedikit jalan terang dari Ragu, Noval lantas meminta alamat rumah Tio pada Rafi. Noval berpamitan lantas melesatkan kembali sepedanya ke jalanan.

"Argh, Kana mana tau daerah itu. Aku saja baru sekali ke sana." Geram Noval dalam hati.

Dua puluh menit mengayuh sepeda, Noval kini telah memasuki sebuah desa yang Rafi maksud. Ia lantas bertanya pada warga setempat yang tak sengaja ia temui mengenai letak rumah Tio. Beruntunglah, seorang pria paruh baya langsung mengantarnya ke tempat yang ia cari.

"Cari siapa Mas?" Tanya bapak-bapak yang sedang merokok di teras.

"Saya mau cari adik saya, namanya Kana. Tadi dia bilang ada kerja kelompok di sini. Tapi, sampai sekarang belum pulang."

"Iya tadi memang ada kerja kelompok, tapi mereka sudah pulang sejak pukul empat. Anak saya saja sudah tidur-tiduran dari tadi."

Noval lantas meminta bapak itu untuk memanggilkan sang anak. Tapi, bapak itu bilang Tio sedang tidak mau bertemu dengan siapapun. Tio hanya bilang bahwa Kana pergi ke ujung desa.

Lakara Bunda | norenmin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang