17 - Bunda Sedang Tidak Baik-Baik Saja

2.3K 370 17
                                    

2015

Arak-arakan awan putih menghiasi langit biru yang membentang dengan luas. Jalanan yang semakin sore semakin ramai memenuhi jalan, ditambah suara klakson yang saling bersahutan membuat pria itu sedikit jengah. Ia menyandarkan punggungnya dan memilih untuk mendengarkan musik melalui headset.

Bus berhenti tepat saat lagu ke empatnya habis. Laki-laki itu lantas turun dan berjalan menuju gerobak gorengan di samping pertigaan jalan sebelum menuju rumah.

Memperhatikan sang penjual memasukkan aneka gorengan, ia lalu memberikan uang sebesar dua belas ribu setelah menerima se-plastik makanan tinggi kalori tersebut. Pria berkemeja flanel kotak-kotak itu lantas bergegas pulang, tak sabar memberikan oleh-oleh yang begitu sederhana pada orang rumah.

Aroma harum masakan bunda langsung terdeteksi Indra penciuman milik pria berusia 18 tahun itu. Ia langsung menuju dapur untuk menilik makanan apa yang sedang ibunya buat.

"Wanginya hmmm bikin perut lapar. Hahaha."

"Loh ... Kok udah pulang? Padahal sayurnya belum matang. Ya udah duduk dulu, Bunda terusin ini sebentar ya." Ucap Citra lalu mempercepat gerakannya.

Seorang laki-laki yang hampir menginjak bangku SMA ke luar dari kamar menyambut kepulangan sang kakak dengan riang.

"Kak Noval pulang lebih awal ya, tumben."

"Iya. Tadi semua menu udah habis, jadi kedai tutup lebih awal." Balas Noval dan Juna hanya ber-oh ria.

Sudah hampir setahun Noval ikut bergabung dengan usaha kedai mie milik rekannya. Dia bekerja mulai pagi hingga sore. Malamnya ia gunakan untuk kuliah. Noval memang sengaja mengambil kuliah di jam malam agar bisa bekerja. Bekerja adalah keinginan yang ingin ia lakukan sejak lama. Apalagi kalau bukan untuk membantu sang bunda.

Semenjak Noval bekerja, Citra sudah tidak lagi pergi dari rumah ke rumah untuk mencuci. Ia hanya akan menerima laundry di rumah saja.

Ada kabar baik lain yang sempat membuat Citra, Noval, dan Juna terkejut saat mendengar berita ini dari Kana. Anak itu mendapat tawaran menjadi model di salah satu majalah terkenal di kota.

Jevan, pria itu yang telah membuat Kana dilirik oleh perusahaan majalah milik rekan bisnisnya. Namun, tak ada seorang pun yang tahu jika hal tersebut ada campur tangan Jevan di dalamnya.

Tak heran jika Kana dipilih menjadi model, laki-laki itu memiliki wajah yang sangat tampan. Di balik kekurangannya yang tidak bisa melihat, bakat modeling Kana cukup bagus. Anak itu bisa cepat menangkap setiap materi dan arahan yang diberikan oleh tim.

Bayaran yang didapat Kana juga sangat lumayan. Memang belum sebesar model-model terkenal di luar sana, tapi itu lebih dari cukup untuk membantu perekonomian di keluarganya. Sebagian uangnya juga ia tabung untuk biaya operasi mata. Ia masih berharap suatu hari nanti bisa melihat lagi.

Ke tiga anak Citra sibuk mengunyah gorengan di meja makan. Sedangkan dirinya sudah mulai membawa satu per satu lauk yang selesai ia masak ke meja.

Baru saja mendaratkan pantat ke sofa, adzan Maghrib berkumandang. Perempuan itu lantas menghampiri putra-putranya untuk mengajak salat berjamaah di masjid.

Noval yang sudah berganti baju menyusul kedua adiknya yang sudah berjalan meninggalkan halaman rumah. Sedangkan Citra berjalan berdampingan dengan sulungnya.

Selesai salat mereka langsung pulang. Di perjalanan pulang Juna terlihat asik bercerita pada sang bunda mengenai kejadian tawuran di sekolahnya. Bunda mendengarkan begitu seksama.

Noval yang jengah dengan cerita adiknya lantas melancarkan aksi jahil. Melepas peci, ia lantas memukul bokong Juna cukup keras.

"Ngoceh teros, hoax." Sela Noval lantas berlari meninggalkan Juna yang kesakitan.

Lakara Bunda | norenmin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang