4 - Janji Noval

4.6K 555 50
                                    

Tiga tahun berlalu begitu cepat, tapi itu tak semudah yang kalian bayangkan. Mati-matian Citra bertahan untuk membesarkan ketiga anaknya tanpa dampingan seorang suami. Selama itu juga ia sudah kehilangan tiga orang yang paling ia sayang. Bapak meninggal satu tahun setelah kematian Bima. Disusul kematian ibu dua bulan setelah bapak pergi.

Mental Citra ditempa habis-habisan. Mulai dari kehilangan orang-orang terdekatnya, kebutaan Kana, ekonomi yang terus menurun, hingga kesehatan Juna yang mudah terganggu. Semua itu Citra hadapi sendirian.

Selama ini mereka hidup dari uang tabungan Bima dan uang tabungan pribadi Citra. Perempuan itu juga kini mulai menerima orderan laundry untuk menambah pemasukan. Terlebih lagi Noval sudah mulai bersekolah, pengeluarannya akan semakin membesar.

Beberapa kali perempuan itu berpikiran untuk mengakhiri hidup. Tapi, entahlah semuanya digagalkan oleh putra sulungnya. Noval yang menjadi saksi pisau tajam hampir mengiris pergelangan tangan bundanya, anak itu juga yang melihat bagaimana ibunya hampir memasukkan kepala di sebuah tali yang telah dipasang di kamar mandi. Noval juga yang selalu mendengar bundanya menangis diam-diam di tangga menuju loteng rumah setiap malam.

Seperti kali ini, Noval duduk di dapur menunggu bundanya turun dari lantai dua. Anak itu tahu bahwa Citra sedang menangis. Perempuan itu terkejut melihat anaknya di sana lantas mendekat.

"Loh, anak bunda kok belum tidur? Ini udah jam sebelas, besok kan kamu sekolah. Ngapain malam-malam duduk di sini sendiri, hm?" Tanya Citra seraya berjongkok di depan kursi Noval.

"Bunda juga kenapa malam-malam duduk sendiri di atas?" Noval bertanya balik, Citra lantas terdiam. Ia bingung harus menjawab apa.

Tangan mungil itu memegang pipi tirus Citra, dengan lembut Noval menghapus jejak air mata yang masih tertinggal. Perempuan itu masih diam, tapi di dalam hati kecilnya dia benar-benar ingin kembali menangis. Perlakuan sederhana Noval rasanya sehangat saat Bima memperlakukannya seperti ini.

"Bunda, jangan sedih lagi ya. Kalau bunda butuh bantuan, Noval bisa bantu. Sekarang Noval sudah sekolah, berarti Noval sudah besar. Sudah bisa menjaga Bunda dan adik-adik. Noval ikut sedih kalau Bunda sedih." Lirih anak itu di kalimat terakhirnya.

Citra menatap nanar bocah laki-laki di depannya. Anak ini masih sangat kecil untuk Citra ajak berbagi kerasnya dunia. Masih belum mengerti betapa berat menjalani hidup sebagai seorang singel parent. Tapi, entah mengapa anak ini selalu mampu membuat dirinya bertahan hingga sejauh ini. Noval selalu bisa membuatnya percaya bahwa dunianya akan kembali baik suatu saat nanti.

"Noval janji akan melindungi Bunda, Kana, dan Juna. Noval juga janji akan rajin belajar supaya bisa jadi anak yang sukses nantinya. Noval akan nurut sama Bunda, Noval bakal makan dan mandi tanpa perlu disuruh-suruh lagi. Noval janji Bunda, tapi Bunda juga harus janji untuk tidak menangis sendiri lagi di sana. Ya?"

Perempuan yang masih setia mendengar ucapan Noval itu lantas mengangguk dan memeluk tubuh sulungnya. Tangan kecil itu mengusap jangan punggung Citra. Punggung yang menanggung segala rasa sakit dan kejamnya semesta. Punggung yang berusaha untuk tegak setidaknya untuk ketiga malaikat kecilnya.

Citra menuntun Noval masuk ke kamar, di sana sudah ada Kana yang masih terlelap. Menyelimuti Noval, perempuan itu lantas mengecup kening putranya. Tak lupa ia juga melakukan hal yang sama kepada Kana. Saat akan melangkah pergi, tangannya di tahan oleh Noval. Perempuan itu menyeritkan dahi sambil memandang Noval.

"Noval sayang Bunda, seperti Ayah Bima menyayangi Bunda. Selamat malam Bunda." Ucap anak itu lantas melepaskan tangan Citra dan memejamkan matanya begitu saja, meninggalkan ibunya yang mematung dengan dada yang terisak.

Lakara Bunda | norenmin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang