Cinta Gila

Part 8

" hari ini gue bener-bener kecewa sama Lo " timpal Al sambil membuang nafas kasar. Yuki hanya terdiam menatap kesegala arah. Yukipun masih kesal dengan sikap Al yang membuatnya cemburu.

" lo harap Lo bisa liburan bareng sama cowok itu ?? Jangan harap Yuki! karena itu gak akan pernah terjadi !! " Timpal Al menunjuk muka Yuki.

" kamutuh kenapasih Al ?? Aku nanya serius ya, aku sering banget nanya kamu itu kenapa ?? Kamu akhir-akhir ini berubah tau gak ?? " Jawab Yuki sambil menepis telunjuk Al yang menunjuk mukanya.

" kenapa apa ?? Apanya yang kenapa ?? Lo yang kenapa ? Lo yang berubah !! " Jawab Al masih dengan emosi yang meluap-luap

" Dulu kita happy loh, gak pernah berantem kaya gini. Sekarang kamu lebih gak bisa kontrol emosi dan selalu marah-marah " ucap Yuki penuh penekanan. Al terdiam sejenak mengingat dulu yang dimaksud oleh Yuki. Hati kecilnya mengiyakan kalau mereka memang jarang sekali bertengkar. Namun entah kenapa Al sekarang lebih sensitif kalau berkaitan dengan Yuki. Semakin hari cintanya semakin besar, dan rasa takut kehilangan yukipun semakin besar. Al menggigit bawah bibirnya kuat.

" Gue takut kehilangan Lo " ucap Al pelan. Yuki mengerutkan keningnya

" Gue gak mau Yuki, gue gak bisa bayangin kalo hari-hari gue gak ada Lo, gue gak bisa !! " Tambahnya memegang kedua tangan Yuki. Jantung Yuki berdegup cepat.

" Al kita hanya menjalaninya saja, bukan begitu kesepakatan kita dari awal ?" Tanya Yuki mengingatkan kembali kejadian dulu ketika keduanya saling tau perasaan satu sama lain.

" Tapi gue gak bisa yuki gue butuh Lo seumur hidup gue " mata Al mulai memerah.

" Sebisa mungkin kita bakalan terus bareng Al " Yuki mengusap kepala Al.

" Yuki kita menikah saja !! " Lagi-lagi fikiran gila itu terucap dari mulut Al. Yuki menarik nafasnya dalam-dalam dan membuangnya kasar.

" Al... Please jangan mulai " ucap Yuki kesal.

" Mulai apa Yuki ?? Kenapa Lo selalu nolak gue ? Apa Lo mencintai dokter itu ? " Tanya Al kembali menaikan nada bicaranya. Yuki memegang kepalanya yang berdenyut nyeri.

" Al dengerin, yang pertama kita saling tau kalo kita dipertemukan kembali Dengan keadaan yang kita sama-sama tau kita mempunyai pasangan masing-masing. Bagaimana dengan kedua orang tua kita?? Aku gak mau bikin kedua orang tua aku kecewa Al,Stefan pilihan mereka. Begitupun dengan kamu, Ariel pilihan kedua orang tuamu. Yang ketiga pekerjaan kita. Ini skandal Al !! Image kita akan rusak. Banyak faktor yang menurutku ini akan berdampak Al, ayolah Al berfikir jernih. Selama ini kita bisa menjalaninya kan. Aku mencintaimu kamupun mencintaiku kita bahagia ketika kita sama-sama itu udah cukup buat aku " ucap Yuki panjang lebar. Al terdiam mendengar kata demi kata yang terucap dari mulut manis kekasih gelapnya itu. Ada benarnya semua yang dikatakan Yuki. Namun hatinya seperti batu. Al tidak sanggup membayangkan setiap malam apa yang akan dilakukan Yuki dan suaminya. Itu menyiksa setiap harinya.

" Kita hadapi bersama, asal ada Lo gue bisa melewatinya " Al menarik tengkuk Yuki dan menyatukan kening mereka agar beradu.
" Yuki pleasee.... Gue sesak banget kalo tiap hari harus overthingking dan mikirin Lo sama cowok lain, terus Lo sekarang malah mau liburan kan ?? Gimana sama gue Yuki ??? " Ucap Al panjang lebar. Yuki sudah lelah untuk menjelaskan. Kali ini Yuki sudah tidak berkata apa-apa lagi dan dengan diamnya Yuki membuat Al kembali emosi. Al lalu melepaskan Yuki

" Gue tekankan sekali lagi. Jangan harap Lo bisa liburan sama dokter brengsek itu !! " Alpun berlalu pergi meninggalkan Yuki yang berdiri membeku.

     Sore itu Yuki duduk di meja kerjanya sambil memutar-mutar pulpen, sementara fikirannya melayang jauh sudah 2 hari ini Al tidak menghubunginya ada khawatir dan ada rasa cemburu, takut-takut Al melupakannya. Mengingat kejadian terakhir mereka bertemu. Namun Yuki juga takut kalau terjadi apa-apa pada Al, entah itu Al sakit. Yuki masih bingung dengan ucapan terakhir Al yang melarangnya untuk pergi berlibur bersama Stefan. Sementara 2 hari lagi keberangkatannya, kalau keadaannya seperti ini rasanya tidak nyaman.