"Cinta itu adalah rasa yang bisa membuat manusia hilang akal jika tidak mengendalikannya dengan baik"— Author.
-
-Sea Cordelia Demara namanya.
Gadis berkulit putih pucat, berambut panjang sedikit gelombang dengan perawakan semampai. Orang-orang menyebutnya "Gadis Manis".
Pasalnya dia memiliki senyum yang khas dengan apple cheeks-nya. Memiliki sifat periang dan murah senyum membuat orang-orang menyukainya. Apalagi Arthan Tirta Samudra.
Sosok lelaki yang selama 11 tahun telah menjadi rumah untuk Sea singgahi. Rumah yang paling nyaman ia kunjungi melebihi rumahnya sendiri.
Mungkin Arthan benar-benar definisi rumah menurut Sea yang sesungguhnya.
Arthan itu berperawakan jangkung dengan rambut belah dua. Serta kepribadiannya yang hangat semakin membuat Sea betah bersamanya.
Bagi Sea, Arthan itu segalanya. Ketika beribu masalah menerpa Sea, maka Arthan selalu menemukan satu solusi untuk meyelesaikannya. Ketika Sea butuh sandaran, maka Arthan selalu bersedia menyediakan bahunya untuk Sea. Dan ketika Sea menangis, maka Arthan akan memeluknya sembari berkata "Ada aku, semuanya akan baik-baik aja".
Lelaki itu benar-benar sangat berarti di kehidupan Sea. Begitupun sebaliknya, Sea ikut berperan penting dalam hidupnya yang dulu kelabu.
Sea seperti pancarona sementara dirinya hanyalah abu-abu. Gadis dengan sejuta kehangatan itu datang dalam hidupnya dan mengenalkannya pada warna selain abu-abu.
Sea seperti mentari di pagi hari. Setiap kehadirannya selalu membuat orang-orang di sekitarnya bahagia. Setiap senyum di wajahnya selalu menghangatkan hati Arthan.
Seolah tidak ada yang boleh melunturkan guratan senyum itu.
"Manis sekali kamu," celetuk lelaki bertubuh jangkung itu di kala melihat keadaan Sea saat ini.
Sementara Sea mengernyit. "Apa Arthan?"
Tanpa menjawab, Arthan menyeka sisa es krim di bibir Sea.
"Owalah, ternyata belepotan. Kenapa gak bilang? Tau gitu aku bersihin sendiri."
"Kan ada aku," kata Arthan yang diam-diam membuat gadis berseragam putih abu-abu itu tersipu.
"Omong-omong dalam rangka apa kamu traktir aku es krim?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.
Keduanya berjalan menyusuri trotoar sembari memakan es krim. "Karena kamu dapet peringkat satu. Keren kamu."
Sea tampak mengangguk lalu tersenyum kecil. "Makasih. Kalau Papa masih ada pasti akan melakukan hal yang sama kaya kamu dan tentunya bangga sama aku." Terdapat guratan kesedihan di wajahnya.
"Mau ketemu Papa, nggak? Nanti aku bantu ngomong kalau anak perempuannya berhasil dapat peringkat satu," ucap Arthan.
Lagi dan lagi. Arthan berhasil membuatnya tersenyum.
"Arthan," panggil Sea.
Sementara yang dipanggil menoleh.
"Berjanjilah untuk tidak meninggalkanku?"
"Kenapa tiba-tiba ngomong gitu, Se?"
"Karena duniaku akan hancur untuk kedua kalinya kalau kamu ikut pergi."
Entah kenapa terdapat banyak kekhawatiran di wajah lugu itu. Seolah perkataannya benar-benar akan terjadi. Seolah Arthan benar-benar akan meninggalkannya.
Entahlah.
Sea hanya terlalu takut.
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Lacuna
Teen FictionIni tentang Sea, anak perempuan yang menyaksikan kematian misterius papanya di hari ulang tahunnya. Ini tentang Sea, gadis yang kehilangan kekasihnya saat kencan pertama. Tujuan Sea pindah ke Jakarta demi mencari pembunuh papa justru membuatnya dipe...