"Nge-date di kapal apa gak berlebihan, Than?"
Sore itu sepulang dari panti, keduanya berbincang hangat di sebuah taman. Berpiknik di sore hari sepertinya tidak terlalu buruk. Mengingat cuaca yang mendukung serta angin sepoi-sepoi.
Gadis kuncir kuda itu menggigit apelnya yang sisa sedikit. Rencana Arthan untuk mengajaknya berkencan di kapal adalah satu hal yang tak pernah Sea pikirkan.
Yang satu itu sama sekali tidak pernah terlintas di pikirannya.
Selagi fokus pada bacaannya, Arthan melirik Sea. "Kenapa harus berlebihan? Selagi gak ngerugiin orang lain, kenapa nggak?"
Angin sepoi-sepoi menerbangkan anak rambut Sea. Hal itu membuat Arthan tidak tahan untuk segera menyibaknya. "Baring sini kalau capek."
Segera saja Sea menjatuhkan kepalanya pada paha Arthan. Sea memandangi langit biru yang sebentar lagi akan redup.
Sebenarnya butuh waktu dua detik untuk merespons jawaban Arthan. "Tapi apa gak ngerepotin kamu?"
Arthan menutup bukunya lantas mengalihkan pandang pada Sea. Gadis itu benar-benar membuat Arthan gemas. "Kan aku yang ngajak, jadi aku gak berhak buat berpikiran direpotin sama kamu, Se."
Sea memandang Arthan lamat-lamat. "Selama itu sama kamu, aku setuju!" katanya bersemangat.
"Gitu dong."
Terjadi keheningan selama beberapa detik. Baik Arthan maupun Sea tidak ada yang berbicara. Sea memejamkan mata menikmati hembusan angin menerpa tubuhnya. Sementara Arthan mengelus kepala Sea seolah sedang menidurkan bayi.
Keheningan yang menyenangkan.
"Arthan."
"Hm?"
"Aku gak bisa bayangin kalau misalkan suatu saat nanti kita gak berjodoh. Apa yang bakal kamu lakuin?" tanya Sea tiba-tiba tanpa membuka matanya.
"Di kehidupan selanjutnya, aku akan minta pada Tuhan agar kita berjodoh."
"Kehidupan apa yang kamu maksud? Bukannya hidup cuma sekali? Aku juga gak percaya reinkarnasi."
"Aku gak bilang ini reinkarnasi. Kehidupan selanjutnya mungkin hanya kiasan? Kalaupun suatu saat nanti kita gak jodoh, aku akan bilang sama jodoh kamu kalau aku pernah jadi orang yang mengharapkan posisinya."
Sea melipat bibirnya. "Dan kalau hari itu terjadi, aku gak mau ikhlas."
Arthan mengangkat alisnya. "Kenapa?"
"Aku mungkin masih mencintai kamu dan mengharapkan kehadiran kamu. Dan kalau hari itu beneran kejadian, aku gak bakal mau lupain kamu meski semesta memaksaku."
"Dibandingin aku dan kamu harus pisah gara-gara gak berjodoh, aku lebih milih mati aja, Than. Mungkin kamu bisa tanpa aku, tapi aku bener-bener gak bisa kalau harus tanpa kamu."
-
Kali ini apa lagi?
Semua benda-benda berbahan kaca itu ludes akibat pertikaian yang terjadi antar Sarah dan Herlambang. Sampai-sampai seisi rumah terlihat seperti kapal pecah.
"Aku udah capek bertengkar terus. Kali ini tolong, jangan berpikiran yang tidak-tidak. Aku cuma minum dikit sama teman-temanku. Kenapa kamu securiga itu, Sarah?"
"Minum dikit kamu bilang? Bau alkohol kamu nyengat banget, lho. Dan apa itu?" Sarah menarik kasar kerah kemeja Herlambang. "Bekas lipstik siapa ini, Pa?" Vokal perempuan itu meninggi. Emosinya mengepul sampai ke ubun-ubun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lacuna
Teen FictionIni tentang Sea, anak perempuan yang menyaksikan kematian misterius papanya di hari ulang tahunnya. Ini tentang Sea, gadis yang kehilangan kekasihnya saat kencan pertama. Tujuan Sea pindah ke Jakarta demi mencari pembunuh papa justru membuatnya dipe...