Zafran Edwin Samudra, siswa kelas 12 yang saat ini menjabat sebagai Kapten Basket SMA Mandala, tinggi 180 cm, rambut belah dua sedikit tebal, dan memiliki bola mata warna cokelat.
Selain pecinta basket, cowok itu ternyata pecinta olahraga. Tak heran jika postur tubuh atletisnya menarik perhatian cewek-cewek.
Zafran baru selesai dari aktivitas nge gym. Tubuhnya yang setengah terekspos berderaian keringat. Sementara dada kekarnya naik turun menghela napas. Tangannya bergerak mengambil air minum, meneguk dengan sekali tandas. Alhasil jakun Zafran naik turun.
Ah, sepertinya Zafran tidak tahu cara minum yang baik sehingga membuat air itu perlahan tumpah mengaliri dada hingga perut yang tercetak sempurna. Kalau bahasa gaulnya adalah 'roti sobek'. Selain pintar akademik cowok itu juga pintar mengolah tubuh kekarnya.
"Zafran, helloo!"
Zafran mendongak ketika pintu terbuka menampilkan sosok gadis berambut panjang dengan bandana merah muda. Kedatangannya sedikit mengejutkan Zafran.
"Ngapain ke sini?"
Gadis itu berjalan mendekat, sedikit terpana dengan alat-alat gym yang begitu lengkap. Masih dengan senyum manisnya, dia berujar, "Gue gak tau lo suka ngegym." Tatapan gadis itu turun pada perut rata Zafran. Sontak dia menutup mata dengan kedua tangan.
"Sumpah perut lo bikin gue kaget."
Zafran mengernyit lalu segera memakai kaos putih polos miliknya. "Alay lo. Ngapain lo ke sini gue tanya? Terus kok bisa tau gue di sini?"
"Yaelah galak amat. Gue ke sini mau ngajak lo temenin gue ngemall. Terus gue tau lo di sini karena Bunda Aurita yang bilang," katanya.
"Masih gede masih aja minta ditemenin. Kemana cowok lo?" tanya Zafran yang kemudian berjalan keluar.
"Ih, Zafran lo kan sepupu gue yang paling baik dan pengertian meski agak cuek sama galak." Gadis itu mengikuti langkah Zafran.
Ruang gym milik Zafran terletak di lantai 2 sementara kamarnya di lantai 1 jadi, Zafran harus menyusuri tangga untuk sampai di kamarnya. Diikuti oleh gadis yang diketahui adalah sepupunya.
"Cowok gue lagi ada latihan paskib, Zafran," katanya sembari menyamakan langkah lebar Zafran.
"Alyssa, sini makan dulu." Itu suara Bunda Aurita dari arah dapur.
"Bunda manggil tuh. Mending lo samperin."
"Tapi lo mau kan nemenin gue?" Gadis yang diketahui bernama Alyssa itu memegang lengan Zafran sambil memberikan puppy eyes-nya. "Ya, ya, please?"
Zafran bergidik ngeri lantas melepaskan pegangan Alyssa. "Iya."
Tak lama dari itu, ponsel Zafran berdering.
"Halo. Ini Sea. Tolongin gue."
Zafran sempat kebingungan namun setelahnya dia ingat pada gadis di UKS—yang tak sengaja kena lemparan bola basket sehingga membuat gadis itu mimisan.
"Oke gue ke sana sekarang."
Sambungan terputus.
"Kenapa, Zaf?"
"Gue harus pergi, Al ada urusan."
Ah! Zafran lupa letak apartemen gadis itu.
"Al lo inget gak pas gue nyasar di apart orang pas nganter makanan buat lo? Maksud gue apart lama lo."
Alyssa mengernyit melihat ekspresi Zafran yang kelihatan panik. "Inget, kenapa emang?"
"Nomor berapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lacuna
Fiksi RemajaIni tentang Sea, anak perempuan yang menyaksikan kematian misterius papanya di hari ulang tahunnya. Ini tentang Sea, gadis yang kehilangan kekasihnya saat kencan pertama. Tujuan Sea pindah ke Jakarta demi mencari pembunuh papa justru membuatnya dipe...