Kacau.
Lapangan SMA mandala seketika dikerubungi oleh lautan siswa-siswi. Pasalnya terjadi tawuran antar kelas dua belas dengan kelas sebelas. Suasana menjadi rusuh ketika beberapa fasilitas sekolah menjadi rusak akibat kebrutalan mereka.
Hiruk pikuk membuat siswa-siswi berhamburan. Alih-alih menghindar guna tidak terjadi sesuatu yang berpotensi melukainya, Nayara justru mendekat ke lokasi tawuran.
Ponselnya yang sedari tadi berdering menampilkan nama Flora di dalamnya tak ia hiraukan. Beberapa kali tubuhnya terdorong akibat siswa-siswi yang berlalu lalang.
Mungkin karena postur jangkung lelaki dengan name tag Julian Alvaro selaku Ketua kelas XI-MIPA 1 itu yang sukses mencuri atensinya. Tepat di titik tawuran terjadi, Julian berdiri dengan kondisi berantakan.
Seragam berada di luar, wajah yang sudah babak belur, serta napas yang memburu. Sekali itu Nayara bergidik melihat kondisi Julian Alvaro.
Ketika jarak antar dirinya dengan Julian hanya terpaut beberapa meter, Nayara tersentak di kala seseorang dari belakang Julian mencoba memukul kepalanya dengan batang kayu.
Kala itu Nayara berteriak. "Hei, awas!"
Nihil.
Teriakannya kalah cepat dengan tindakan si pemukul yang diketahui siswa kelas dua belas. Dilihatnya Julian yang mulai kehilangan kesadarannya. Darah segar mulai mengucur dari dahi lelaki itu.
Dalam hitungan detik, Julian terkapar tak berdaya.
Di tengah lautan manusia itu, Nayara berusaha menghampiri lelaki itu. Meski merasa sedikit takut kalau-kalau dirinya menjadi sasaran mendadak anak kelas dua belas, Nayara tetap melanjutkan langkahnya.
Sekuat tenaga, ia mencoba memapah tubuh Julian yang sudah tak sadarkan diri. "Berat banget astaga!" rutuknya.
Sambil tertatih-tatih, Nayara berhasil membawa Julian keluar dari kegaduhan itu. Tujuannya saat ini membawa lelaki itu ke UKS. Ketika kepala Julian terjatuh ke bahunya, Nayara dibuat sedikit terkejut.
Pasalnya jarak antar wajahnya terlampau dekat dengan Julian. Bahkan, darah itu sampai berpindah pada seragamnya.
"Sialan. Lagian kenapa gua tolongin deh?" monolog Nayara saat sudah tiba di UKS.
Segera saja gadis itu membawa Julian ke ranjang UKS sambil tertatih-tatih hingga membuatnya kehilangan keseimbangan. "Anjing!" umpat Nayara ketika dirinya terjatuh di atas tubuh Julian.
Jantungnya seketika berdetak gila-gilaan. Salivanya ia telan susah payah. Melihat wajah Julian dalam jarak sedekat ini membuat Nayara panas dingin.
Cepat-cepat ia menjauhkan diri. Keadaan jantungnya masih belum stabil, namun gadis itu memilih pergi meninggalkan ruang UKS.
Nayara mengembuskan napasnya. "Untung gak ada siapa-siapa. Coba aja ada yang liat, bisa mampus gue."
-
Sementara di kantin sekolah, gadis dengan bandana biru muda itu terlihat gelisah sambil memandangi ponselnya. Flora takut terjadi sesuatu pada Nayara mengingat tawuran masih berlangsung.
Apalagi saat sahabatnya itu tak kunjung mengangkat ponselnya. Sebenarnya Flora bisa saja mencari keberadaan Nayara, namun Rafael sama sekali tidak mengizinkannya dengan alasan Flora takut terluka.
Sebagai gantinya, Rafael sendiri yang akan mencari Nayara. Akan tetapi Rafael justru tak kunjung datang. Hal itu membuat ketakutannya semakin meningkat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lacuna
أدب المراهقينIni tentang Sea, anak perempuan yang menyaksikan kematian misterius papanya di hari ulang tahunnya. Ini tentang Sea, gadis yang kehilangan kekasihnya saat kencan pertama. Tujuan Sea pindah ke Jakarta demi mencari pembunuh papanya justru membuatnya d...