Memiliki waktu hidup yang tak lama lagi, membuat seokjin yang lemah ingin berkumpul kembali dengan keluarganya yang telah lama pisah, keinginan nya sederhana tapi tak semudah itu dia mendapatkan nya.
Seokjin tersenyum mendengar ibunya yang bersenandung sambil merajut, tatapan sendu seokjin tidak pernah lepas melihat ibu nya yang dengan semangat membuatkan baju untuk nya.
"Bu, jangan terus merajut. Istirahatlah bu" kata seokjin sambil memeluk ibunya dari belakang.
Nara tersenyum, kemudian mengusap kepala seokjin dengan lembut.
"Kau belum tidur?" tanya nara dan mencium pipi seokjin, membuat seokjin tertawa kecil.
"Kalau aku sudah tidur, tidak mungkin aku di sini bu" jawab seokjin di sela tawa kecilnya, kemudian duduk di samping nara.
"Hari ini, ibu buat apa?" tanya seokjin.
"Sweater" jawab nara dan seokjin mengangguk pelan.
"Hampir semua baju yang ku pakai adalah hasil rajutan ibu" kata seokjin dan tersenyum setelahnya.
"Ibu tidak bisa membelikan mu baju dan hanya bisa merajut, maaf ya karena ~ "- nara
"Tidak papa bu, aku suka - sangat suka. Baju yang ku pakai ibu buat dengan penuh kasih sayang, rasanya juga hangat" sela seokjin, membuat nara tersenyum mendengar nya.
Setelahnya nara kembali merajut sweater berwarna biru tua yang tinggal sedikit lagi selesai, sementara Seokjin tiba tiba diam, tangan nya meremat celananya saat merasakan sakit kepala.
"Jin, kenapa?" tanya nara saat melihat seokjin memejamkan matanya.
"Kepala ku sakit bu" jawab seokjin, membuat nara langsung berhenti merajut dan memeluk nya.
"Obat mu masih ada?" tanya nara dan seokjin menggeleng sebagai jawaban.
"Sakit bu, sakit" keluh seokjin sambil meremat punggung ibu nya.
Nara menangis, dia benar benar tidak tau harus bagaimana sekarang. Dia tidak punya uang dan obat seokjin juga habis.
"Ibu buatkan obat herbal ya?" tawar nara dan seokjin mengangguk sebagai jawaban.
Nara membantu seokjin berdiri dan memapah ke kamar. setelah membaringkan seokjin, nara buru buru pergi ke dapur dan membuat ramuan herbal dari tanaman yang dia tau bisa mengurangi rasa sakit.
Setelah selesai membuat ramuan, nara pergi ke kamar seokjin.
"Jin, minum dulu obat nya nak"
Nara membantu seokjin minum obat dengan memegang gelas nya. Walaupun pahit, tapi seokjin tetap menelan nya.
"Peluk bu" pinta seokjin dengan lemah dan nara mengangguk sebagai jawaban.
Setelah meletakkan gelas nya di atas meja, nara memeluk seokjin dengan erat.
"Bu, aku mau mu - muntah"
Seokjin mengembungkan pipi nya dan melepas pelukan nara, sementara nara berusaha mengambil wadah di bawah tempat tidur
Huek
uhuk
"B - bu baju mu kotor, maaf bu " kata seokjin setelah dia muntah di baju nara.
"Tidak papa, tidak usah minta maaf" jawab nara sambil mengusap lembut kepala seokjin.
"Masih mau muntah?" tanya nara dan seokjin menggeleng sebagai jawaban.
"Aku ngantuk bu" keluh seokjin, kemudian berbaring di bantu nara.
"Tidurlah nak, ibu akan menemani mu di sini" kata nara sambil menggenggam tangan seokjin.
"Terimakasih, ibu" sahut seokjin lirih dan memejam setelahnya.
"Ya tuhan, tolong berikan kesehatan untuk anak ku" doa nara dalam tangis nya.
"Ayah, tae, bogoshipeo" igau seokjin dalam tidur nya.
"Kau merindukan mereka jin? Kau merindukan ayah dan adik mu?"
Nara menunduk dan menangis dalam diam untuk beberapa saat, setelahnya dia melepaskan tangan seokjin dan pergi ke kamar nya untuk ganti baju. Setelah ganti baju, nara membuka lemari dan mengambil sesuatu.
"Untung saja aku masih menyimpan alamat kim yang di busan"
Kata nara sambil memegang kertas berisi alamat rumah namgil yang di busan.
"Semoga saja kalian masih ada dirumah itu" gumam nara dan memasukan nya ke dalam dompet.
"Kau ingin bertemu ayah dan adik mu jin? Kau tenang saja, ibu akan membawa mu pada mereka" kata nara sambil memggenggam dompet yang sudah berisi alamat rumah mantan suaminya.
"Semoga saja ada jalan untuk semuanya" lanjut nara, kemudian kembali ke kamar seokjin untuk menemaninya. . . . .
07.00 kst
Seokjin membuka mata nya perlahan, tangan nya terasa hangat karena genggaman seorang ibu.
Nara
Ya, nara semalaman tidur di kursi dengan tangan yang terus menggenggam tangan seokjin, seokjin juga merasakan sensansi hangat di kening nya.
"Pasti aku demam lagi" kata seokjin sambil mengambil kompresan di kening nya dengan tangan kanan, karena tangan kiri nya di genggam nara yang masih tidur.
Seokjin dengan sendu dan wajah pucat melihat ibu nya yang tidur dengan mata berkaca kaca.
"Bu, kau adalah malaikat tanpa sayap yang sesungguh nya. Kau tidak pernah meninggalkan ku walaupun aku tidak berguna, kau tetap menyayangi ku sekalipun kau tau waktu ku tidak lama lagi,
"Kau habiskan semua yang kau punya hanya untuk mengurus anak tidak berguna seperti ku, maaf ya bu karena sudah menjadi beban mu selama ini" seokjin menarik nafas panjang sebelum melanjutkan ucapan nya.
"Sebenarnya aku lelah bu, tapi aku tidak bisa pergi kalau kau masih sendiri seperti ini. Selama ini kita hidup berdua, kalau aku pergi~
"Siapa yang akan menemani mu bu?" lanjut seokjin dan menangis tanpa suara.
"Ya tuhan, tolong jaga ibu ku kalau waktu ku sudah habis dan tidak bisa lagi menemani ibu ku.
"Ayah, taehyung, aku ingin bertemu kalian sebelum aku pergi, tapi aku tidak mungkin mengatakan nya pada ibu, karena aku tau ibu tidak akan mau bertemu dengan ayah" lanjut seokjin di sela tangis nya.
Saat merasakan pergerakan tangan nara, seokjin langsung buru buru menghapus air matanya dan tersenyum pada nara yang baru saja membuka mata nya.
"Selamat pagi, ibu" sapa seokjin dengan senyum yang begitu merekah, membuat nara juga tersenyum pada seokjin.
Senyuman hangat di balik bibir yang pucat, suatu saat akan hilang dan tidak akan pernah nara lihat lagi untuk selamanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.