#15

892 180 36
                                    

21.14

"Kamu gak boleh pulang."

"Tapi, aku harus bertemu seseorang."

"Siapa? Itu pipi kamu masih ada bekas tamparan dan luka karena David."

"Kak, aku udah gak papa. Sekarang aku harus balik," Sooyaa tidak berbohong. Dia sudah membuat janji dengan Soojoo untuk mengerjakan tugas mereka bersama.

"Aku bilang jangan ya jangan. Memangnya kamu mau bertemu dengan siapa?" Kesal Jennie mengompres pipi Sooyaa pelan.

"Aku mau bertemu Soojoo, kami sudah buat janji sebelumnya ingin-AWW-pelan dong, kak." Ringis Sooyaa saat Jennie menekan lukanya.

Bukannya merasa bersalah, Jennie melanjutkan mengompres pipi Sooyaa namun dengan muka juteknya. Dia merasa panas mendengar Sooyaa akan bertemu dengan Soojoo malam ini. Apa yang akan mereka lakukan di malam seperti ini? Pikirnya.

"Muka kakak kenapa gitu?"

"Apa?!" Ketusnya.

"Em... Ga-gak jadi deh."

"Ada apa sama muka aku?!" Paksa Jennie menekan kembali pipi Sooyaa.

"Aduh! Pelan-pelan, Kak. Itu mukanya udah mirip kucing yang diambil makanannya."

"Kalau iya kenapa?!"

Jennie ini kesal tapi masih saja mengompres pipi Sooyaa. Jadilah pipi Sooyaa menjadi korban kekesalannya.

Sooyaa mengetahui Jennie sedang kesal dengannya. Dia diam tak membalas kembali, tidak mau adu argumen dengan Jennie yang moodyan.

"Maaf." Ucap Jennie sadar salah.

Ucapan Jennie tidak mendapat balasan. Sooyaa hanya menatap wajah Jennie lekat. Dia dapat melihat betapa gembul pipi milik Jennie dari jarak yang sangat dekat ini. Merasa dirinya ditatap, Jennie balik menatapnya dengan tatapan tanya. Namun, dia tersadar betapa dekat dirinya dengan Sooyaa saat ini.

Mereka masih diam saling menatap. Jantung Jennie berdetak kencang, dia tidak tau kenapa bisa jantungnya seperti ini saat jarak mereka sangat dekat. Tatapan Jennie turun dari mata Sooyaa menuju bibirnya yang terluka.

Aku baru sadar bibirnya berbentuk hati.

Jarak yang tidak lebih dari tiga puluh sentimeter itu mampu membuat Sooyaa menyadari arah pandang Jennie. Mereka masih diam tidak ada yang berbicara. Entah atas dorongan apa, jari Jennie menyentuh bibir Sooyaa yang terluka. Dia mengelus bibir itu dan sesekali meringis ketika membayangkan jika dirinya yang terluka.

Sentuhan itu membuat Sooyaa mematung. Ada perasaan aneh dalam dirinya ketika jari Jennie berada di bibirnya. Tatapan matanya berubah menjadi sayu, Sooyaa memegang tangan Jennie yang berada di bibirnya.

Seakan sadar dengan tindakannya, pipi Jennie merona merah. Dia malu dengan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia menyentuh bibir adik tingkatnya.

Namun, belum sempat menenangkan dirinya dari rasa malu, tiba-tiba Sooyaa menarik tangannya dan mendekatkan wajah mereka. Kini perasaannya campur aduk antara malu dan deg-degan. Jantungnya berdetak lebih cepat.

Dari jarak yang semakin dekat, kini giliran Sooyaa yang melihat bibir Jennie. Keduanya terdiam dengan nafas tertahan karena jarak yang hanya satu jengkal telapak tangan. Mereka dapat merasakan nafas masing-masing.

Jennie tau jika Sooyaa menatap bibirnya. Jennie tau tatapan Sooyaa berubah menjadi sayu. Dan Jennie tau apa yang mungkin dipikirkan Sooyaa saat ini. Meskipun dia tau, Jennie tidak mendorong ataupun menjauh dari posisinya. Entah mengapa dia menunggu apa yang akan dilakukan Sooyaa.

SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang