#27

857 175 25
                                    

Acara ulang tahun Dara berlangsung meriah. Di tengah keramaian pesta, Jennie berdiri bersama Dara, matanya tertuju pada Jisoo dan Rosé yang duduk di kejauhan.

"Bunda, itu dia kan?" tanya Jennie pelan, suaranya nyaris tak terdengar.

Dara mengangguk, "Iya, itu dia. Jichu Chichu atau apalah panggilan anehmu itu, haha."

Jennie mengerucutkan bibirnya, "Ih Bunda, itu kan panggilan kesayangan Nini buat anak bunda kok malah diketawain."

Senyum Dara perlahan pudar melihat ekspresi sedih Jennie. "Kenapa dia bohongin Nini, Bun?" lirih Jennie.

"Bohongin gimana maksudmu, Nak?" Dara mengerutkan dahi, bingung.

Jennie menarik napas panjang sebelum melanjutkan, "Dia bilang kalau dia punya kembaran namanya Sooyaa dan selama ini dia gak kasih tahu aku namanya. Aku kan gak tahu itu dia karena udah lama gak ketemu... Tapi, dia malah bohong dengan pura-pura jadi dua orang."

Dara terdiam, mencerna perkataan Jennie. Ternyata Jennie belum mengetahui kondisi sebenarnya tentang anaknya itu.

"Kamu tunggu di sini ya. Bunda panggil Jisoo dulu," ujar Dara akhirnya, berusaha tetap tenang.

Namun, Jennie menahan tangan Dara dan menggeleng kencang. "Jangan... Nini gak tau mau ngomong apa karena kejadian tadi."

Dara tersenyum penuh pengertian. "Udah, kamu tenang aja. Tanya apa yang mau kamu tau sebelum terlambat."

"Terlambat?"

Dara meninggalkan Jennie dan berjalan menuju tempat Jisoo berada. Tak berselang lama, Dara berhasil menyeret paksa Jisoo ke ruangan di mana Jennie menunggu. Dara kemudian menutup dan mengunci pintu ruangan tersebut dari luar.

"Bunda?!" teriak Jisoo tidak percaya.

Jennie yang melihat itu, mengambil langkah maju. "Ji." Tubuh Jisoo menegang mendengar panggilan itu.

"Mau sampai kapan kamu bohongin aku dengan pura-pura menjadi dua orang?" tanya Jennie, suaranya bergetar.

"Apa motif kamu bersandiwara gitu? Mau balas dendam sama aku karena kejadian dulu?" lanjut Jennie.

Jisoo tetap diam, perlahan mencoba membuka pintu itu, tapi masih terkunci rapat.

"Jangan coba kabur. Jawab pertanyaanku, Kim Jisoo!" Jennie menaikkan suaranya.

"Apa yang harus aku jelasin? Kamu pastinya gak akan percaya."

"Justru karena itu buat aku percaya!" teriak Jennie.

Jisoo menunduk, menelan ludah. "Percuma Jen, sekarang aku udah pilih jalanku dan aku berterimakasih kepadamu. Karena selama seminggu terakhir ini, aku sadar kalau kamu pasti gak akan pernah memilih seorang Kim Jisoo."

"Waktu yang aku kasih buat kamu mikirin pilihanmu, kamu gunakan buat jalan-jalan bareng dia. Aku tau itu. Aku tau kalian lagi di tahap pendekatan sebelum pacaran. Dan aku bahagia atas pilihanmu."

Tangan Jennie menutup mulutnya. Bagaimana bisa Jisoo berpikiran seperti itu? Jika dia tau di dekatnya selama ini adalah seorang yang dia rindukan, dia pasti lebih memilih menghabiskan waktu itu dengannya.

"Chu, aku minta maaf sudah buat kamu salah paham. Aku gak akan pilih siapa pun kalau aku tau Ji itu adalah kamu."

"Jen, aku bukan orang normal seperti bayanganmu. Aku ini cacat, penuh kekurangan. Kamu pantas bersanding dengan seseorang yang lebih baik dariku."

Jennie menggeleng. Dia tidak mau kehilangan Jisoo lagi. Jennie menarik tangan Jisoo dan memeluknya erat.

"Gak. Aku gak mau. Aku maunya ada kamu di sekitarku, Chu. Jangan tinggalin aku lagi."

SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang