∆???∆

823 149 14
                                    

∆???∆

Hm, banyak yang ngga setuju endingnya gitu? Aku juga sih :')

Awalnya cerita ini masih ada lanjutannya, tapi aku sedikit ngerasa aneh aja tiba-tiba karakter dan waktu dalam ceritanya berubah. Karakter Jennie lumayan berubah setelah chapter sebelumnya. Jadi, aku mikir buat selesaikan ceritanya.

Aku masih punya draft cerita lanjutannya kok. Kepikiran buat lanjutin jadi season 2, kira-kira ada 10-15 chapter.

Kalau semisal dilanjutkan, kalian mau ceritanya lanjut di judul ini atau buat judul baru tapi bakal makan waktu lama buat terbit?








































•••

Dibuang sayang

Suara hujan menjadi musik bagi siapa saja yang merasa kesepian. Duduk di pojok kelas dan tidak memperhatikan dosen membuat dunianya semakin sepi.

Pikirannya pun melayang-layang. Bayangan beberapa tahun lalu muncul.

Aku gak mau berteman dengannya.

Selama ini aku hanya terpaksa.

Dia tidak sebanding denganku.

Asal-usulnya tidak jelas.

Lihat saja wajahnya yang tidak ada ekspresi itu.

Aku lebih menyukai berteman dengan kalian.

Dia aneh, terlalu protektif terhadapku.

"Where are you looking?" Tegur dosen.

Teguran dosen itu tidak mengalihkan perhatiannya dari jendela. Dia masih menatap kosong ke luar.

"Sstt.. hei! Dosen menegurmu." Colek teman di sampingnya.

Kaget dengan sapaan temannya, dia menoleh.

Kemudian dia tersenyum kaku meminta maaf setelah sadar diperhatikan satu kelas. Sayangnya dosen itu tidak puas hanya dengan permintaan maaf saja.

"Don't smile like that. Try that question if you feel sorry with me." Suruhnya.

Bisikan terdengar di kelas. Beberapa mahasiswa menatap horor dosen tersebut karena memberi soal yang sulit menurut mereka.

"Ah, alright." Balasnya tanpa mencoba ulur waktu.

Dia bangun dan mengerjakan soal itu dengan gampangnya. Satu kelas takjub dengan dirinya. Dosen itu tersenyum bangga melihat dia dapat menyelesaikan soal yang belum dijelaskan.

"Good. You are smart, but you just need to give more attention in my class."

"Yes, Miss."

Dia duduk kembali ke tempatnya.

"Keren. Itu soal belum dijelaskan loh," puji teman di sampingnya.

Hanya senyuman diberikan sebagai jawaban. Dia kini menatap penjelasan dosen walau pikirannya tidak bisa fokus.

***

"Jadi gimana?"

"Apa?"

"Dia hari ini datang?"

"Yah seperti biasa."

Mendapat jawaban malas, wanita itu menjewer anaknya. "Jawab yang serius dong!"

"Duh Bunda! Telingaku sakit tau." Dia mengusap telinganya.

SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang