#S2 - 36

799 142 14
                                    

Sudah dua hari sejak Jennie masuk rumah sakit dan selama dua hari itu hubungan Jisoo serta Jennie membaik. Jisoo selalu datang menjenguk Jennie di apartemennya, dia masih merasa bersalah karena sudah menyebabkan Jennie pingsan secara tidak langsung.

Melihat bagaimana perhatian Jisoo kepadanya, Jennie yakin masih memiliki kesempatan.

Kesempatan apa? Entah, hanya dia yang tau.

"Jangan mikirin pekerjaan dulu. Sekarang kamu istirahat pulihkan tenaga." Jisoo menyuruh Jennie istirahat karena Jennie terus mengatakan masih lemas tidak bertenaga padahal itu hanya alasan dia agar Jisoo terus merawatnya.

"Kalau aku mikirin kamu, boleh?" Tanya Jennie dengan senyum menggoda.

"Jangan."

"Kok gak boleh..." Lesunya.

Jisoo mengacak-acak rambut Jennie pelan karena gemas melihatnya cemberut. "Ngapain mikirin aku kalau akunya aja ada di depan kamu hm?" ucapnya lembut.

Diperlakukan seperti itu langsung oleh Jisoo berhasil memunculkan senyum lebar di wajah Jennie. Dia rindu Jisoo yang seperti ini.

Perlu diingat, dia rindu Jisoo dan bukan Sooyaa. Karena Jennie tau sifat asli Jisoo memang perhatian seperti ini sebelum dirinya berubah. Memikirkan itu membuat wajah Jennie kembali sedih.

"Kenapa lagi?" Tanya Jisoo yang menangkap perubahan ekspresi Jennie.

"Maafin aku."

"Maaf untuk apa?"

"Semuanya. Maafin semua hal yang pernah buat kamu sakit."

"... Aku di sini itu nunjukin kalau aku udah maafin kamu, Jen. Jadi, jangan terus merasa bersalah."

"Tapi, aku tetep ngerasa bersalah, Chu."

"Kamu masih ngerasa bersalah? Ya udah, kalau gitu aku gak jadi maafin kamu."

"Ihhh mana boleh kayak gitu!!!" Balas Jennie tidak terima.

"Habisnya kamu masih ngerasa bersalah, makanya aku gak jadi maafin kamu sampai rasa bersalah itu hilang."

"Iya iya, aku coba buat berhenti ngerasa bersalah. Maafin aku ya?"

"Janji gak ngerasa bersalah lagi?" Tanya Jisoo memastikan.

"Iyaaaa, udah ih maafin Jennie ya..."

"Oke."

Tuh kan, Jennie sudah berusaha meminta maaf malah hanya dibalas satu kata saja.

Malas berdebat lagi karena tidak mau ada pertengkaran, Jennie memilih tidur. Jisoo hanya menggeleng melihat sikap manjanya ketika sakit.

Drrtt ... Drrtt...

Getaran di saku celananya mengalihkan atensi Jisoo. Di layar ponsel bermerk apel gigit itu tertera nama seseorang yang tidak dia harapkan.

Tidak ingin mengganggu istirahat Jennie, Jisoo keluar dari kamarnya dan mengangkat panggilan tersebut.

"Halo."

Satu sapaan yang terdengar dingin kembali keluar dari bibir berbentuk hati itu. Jisoo tidak mau berbasa-basi dengan seseorang di panggilan itu, karena memang dia hari ini sudah lelah oleh pekerjaan di kantor.

Percakapan di antara Jisoo dan seseorang itu masih berlanjut lamanya. Terlihat pula Jisoo yang mencoba untuk menahan amarahnya dengan dia yang sesekali menarik napas panjang.

"Baiklah, terserah apa perintahmu itu. Aku sudah lelah menjadi bonekamu, Pa."

"..."

"Kurang ajar? Iya, aku memang anak yang kurang ajar dan selalu membuatmu malu. Aku mau tidur, lebih baik besok lanjutkan pembicaraan tidak pentingmu ini." Jisoo mematikan panggilan sepihak.

SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang