Satu-satunya alasan kenapa aku memenuhi panggilan darinya saat ini adalah: Aku ingin segera terbebas darinya dan memulai debut masa SMA secara lepas. Aku sudah bisa menduga, memperhitungkan, dan memperkirakan. Pada pembicaraan kali ini, pembicaraan yang mungkin saja akan menjadi momen terakhir bagi kami untuk bertemu, laki-laki itu akan memutuskan hubungan pacar denganku.
Jika aku tidak bisa memperkirakan hal itu sampai presentase kemungkinannya menyentuh angka 80%, maka aku tidak perlu repot-repot memenuhi panggilannya. Maksudku, jika dia ingin rujuk dan memperbaiki hubungan hambar ini, aku sama sekali tidak akan mendengarnya.
Perpustakaan menjadi tempat yang paling sepi saat upacara kelulusan sedang berlangsung di sekolah ini. Siapa juga yang mau meminjam buku di perpustakaan saat para siswa sedang menerima toga dan berbahagia karena kelulusan mereka? Yah, aku mengenal seseorang yang berpotensi akan melakukan hal itu di momen upacara kelulusan. Tentu saja, dia adalah orang yang memanggilku saat ini.
Sosoknya yang tengah duduk dan membaca novel romansa sama sekali tidak memperhatikan diriku meski aku sudah repot-repot datang menemuinya. Dia terus membalikkan halaman demi halaman, membiarkanku tetap menunggu seperti ini selama sekitar dua menit.
Tentu saja, aku yakin kalau laki-laki penyendiri yang anti sosial dan memiliki masa depan suram itu menyadari keberadaanku. Aku ini bukan makhluk halus, jika seluruh indra miliknya masih berfungsi dengan baik, maka dia pasti sudah menyadari ada aku di sini. Satu-satunya kalimat yang keluar setelah dia membuatku menunggu adalah ....
"Putus, yuk."
Laki-laki itu bahkan sama sekali tidak menatapku saat dirinya sedang menyampaikan proposal untuk putus. Jika dia memang menginginkan itu, maka aku akan memenuhi permintaannya dengan senang hati.
Aku membalikkan badan, berjalan menjauhinya sambil berkata, "Ya."
Tidak peduli dengan bagaimana jawabanku, laki-laki itu tetap fokus membaca buku yang hanya digenggamnya dengan satu tangan. Yah, aku sudah tidak peduli lagi, maka aku hanya perlu menarik napas lega dan memulai hidup baru di masa SMA mendatang.
Sosok ayah yang sedang menungguku di taman sekolah menampilkan senyum tipis. "Urusannya sudah selesai?" Dia menanyai diriku seperti itu karena aku memang pamit padanya untuk menyelesaikan satu urusan tertentu. Tentu saja, ayah sama sekali tidak tahu kalau aku sedang menyelesaikan urusanku dengan laki-laki suram itu.
"Ayo pulang, Ayah punya pertemuan yang harus dipenuhi malam ini, bukan?"
Hal terbaik yang bisa aku lakukan adalah menjauhkan topik tentangnya agar pembicaraan tentang dia tidak sampai terjadi. Apa pun tentang dia adalah masa lalu, apa pun yang terjadi padanya bukan lagi urusanku. Kami hanya harus menempuh jalan hidup kami masing-masing dengan bahagia dan sehat.
Sambil berjalan di sampingku, ayah bertanya, "Sesuatu terjadi?"
"Tidak juga. Aku hanya menyelesaikan urusan yang belum sempat diselesaikan sampai kami lulus."
"Begitu. Sejujurnya, Ayah sedikit penasaran. Wajahmu yang sejak pagi nampak gelisah, entah kenapa menjadi terlihat lega saat ini. Seakan-akan beban yang begitu berat telah lepas dari pundakmu. Yah, selama kau baik maka Ayah bisa tenang. Lain kali, ceritakan masalah apa pun pada Ayah. Kau tidak punya tempat lain untuk berbagi, 'kan?"
"Jangan mengejekku. Aku punya setidaknya satu atau dua teman yang bisa menjadi tempat curhat."
Sosok laki-laki paruh baya yang mengenakan jas formal itu tersenyum tipis ketika mendengar jawabanku. Aku tahu kalau dia dengan sengaja melambatkan langkahnya agar momen damai ini bisa berlangsung sedikit lama. Momen ini sebenarnya sudah cukup sempurna untuk berjalan santai sambil membicarakan topik ringan. Hanya saja, ada satu pertanyaan yang mungkin bisa merusak suasana damai ini. Aku ingin menanyakan itu, tetapi sempat ragu beberapa kali sehingga kalimatnya hanya sampai di ujung lidah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laki-Laki Bermulut Besar dan Gadis Bermata Besar ✅
أدب المراهقينSTATUS: ENDED Bas tidak pernah menyangka kalau dia dan mantan pacarnya akan menjadi saudara tiri saat SMA. Dari sekian banyak calon ayah sambung, kenapa ibunya harus memilih laki-laki yang merupakan seorang ayah dari mantan pacarnya? Meski begitu, B...