Penting bagiku untuk mengabaikan pertanyaan dari setiap orang yang mana semua pertanyaan itu didasarkan atas salah paham. Sejak kemarin, tepatnya ketika aku menolong seorang gadis yang hampir pingsan di tengah lapangan, perhatian kelas menjadi terpusat padaku sampai saat ini.
Tentu saja, ada yang membicarakan hal itu secara diam-diam layaknya obrolan gadis pada umumnya. Namun, ada juga yang tanpa sungkan akan membahasnya dan aku sudah bisa memperhitungkannya. Dia yang datang dengan wajah penasaran dihias senyum tipis mulai mendekat ke arahku.
"Masih belum mau jujur? Yang kemarin itu pastinya pacarmu, 'kan?" Di antara semua orang yang merasa penasaran, Sasa adalah satu-satunya gadis yang berani membicarakan itu secara terang-terangan padaku.
Aku paham kalau itu wajar, meninjau bahwa aku hampir tidak pernah terlibat dengan gadis lain di kelas ini. Satu-satunya gadis yang pernah sekali atau dua kali terlibat denganku, dia adalah Sasa. Mulai dari kesamaan hobi kami tentang novel ringan, juga kami yang satu kelompok saat estafet lari, dua hal itu mungkin saja membuat Sasa merasa selangkah lebih dekat denganku dibanding gadis lain. Makanya dia merasa tidak perlu sungkan untuk membicarakan sesuatu padaku.
"Lagi pula, kenapa kau sangat peduli tentang dia itu pacarku atau bukan?"
Mendengar pertanyaan itu, Sasa membungkukkan badan, memposisikan wajahnya sedemikian rupa agar mengganggu penglihatanku yang sedang membaca novel. Dia yang baru saja menyelipkan rambut panjangnya ke belakang telinga kemudian menanggapi.
"Yah, habisnya ... kau jadi cukup terkenal sejak kemarin, lho. Ada rumor beredar bahwa Bas yang tidak pernah berinteraksi dengan siapa pun ternyata memiliki pacar."
"Kalian bebas berimajinasi seperti apa pun, aku sama sekali tidak peduli. Satu hal yang pasti, aku tidak pernah pacaran dengan gadis itu."
"Tidak pernah?" tanya Sasa dan entah kenapa, pertanyaan barusan begitu tajam sampai aku membatu untuk beberapa saat. Hanya saja, aku harus berasumsi bahwa pertanyaan itu adalah ketidaksengajaan dan tidak boleh sampai terpancing.
"Sama sekali tidak pernah."
Gadis yang menggunakan jepit rambut berwarna hijau itu bangun dari posisi bungkuk dan berkata, "Yah, mau bagaimana lagi jika dia memang bukan pacarmu. Aku harap gadis itu tidak kerepotan dengan rumor yang beredar." Sasa kemudian pergi dariku dan duduk pada tempat yang seharusnya.
Sekitar 30 menit setelah kedatangan Sasa yang cukup membuatku risi, Bu Mami datang ke kelas dengan pakaian serba hitam seperti biasanya. Dia langsung bersandar pada papan tulis seperti biasa dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan duduk. Atensi kelas pun terpusat padanya yang selalu memasang wajah serius dan hampir tidak pernah tersenyum.
"Kerja bagus karena telah meraih juara umum pada festival olahraga. Sesuai janji, pihak sekolah akan menyimpan tabungan nilai sebanyak 10 poin untuk kalian. Juga, siswa yang berhasil meraih kemenangan pada mata lomba individu maupun kelompok akan mendapatkan poin yang dijanjikan. Kalian bisa mencatat itu sendiri untuk membuat perhitungan pribadi."
Jika dijumlahkan, aku mendapatkan tabungan nilai sebanyak 25 poin dari festival olahraga. 15 poin dari kemenangan tim estafet lari, dan 10 poin dari juara umum kelas 1-A. Tentu saja, ini bukan pencapaian yang terlalu bagus mengingat setiap siswa selain aku mengikuti lebih dari satu mata lomba. Jika mereka memenangkan setidaknya dua mata lomba atau lebih, maka tabungan nilai yang siswa lain peroleh pastinya akan lebih banyak dariku.
Berlanjut, Bu Mami menyampaikan satu pengumuman baru dari depan kelas. Bukti keseriusannya lagi-lagi terlihat dari punggungnya yang sudah tidak bersandar.
"Dengan selesainya festival olahraga, genap satu bulan kalian sudah belajar di sekolah ini. Sebagai langkah berkelanjutan dalam memperoleh nilai, ulangan harian akan dilaksanakan. Mengenai benefit, tiga siswa dengan nilai tertinggi di setiap mata pelajaran akan memperoleh tabungan lima poin. Sebaliknya, tiga siswa dengan nilai terendah di setiap mata pelajaran akan menerima hutang nilai sebanyak tiga poin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Laki-Laki Bermulut Besar dan Gadis Bermata Besar ✅
Fiksi RemajaSTATUS: ENDED Bas tidak pernah menyangka kalau dia dan mantan pacarnya akan menjadi saudara tiri saat SMA. Dari sekian banyak calon ayah sambung, kenapa ibunya harus memilih laki-laki yang merupakan seorang ayah dari mantan pacarnya? Meski begitu, B...