BAB 9: Tetaplah Makan Siang Bersamaku

91 18 0
                                    

Pada keadaan yang memaksaku untuk bertindak, aku tidak lagi memiliki alasan untuk menutup diri. Tidak ada lagi yang bisa aku tutup-tutupi jika mereka sudah tahu sampai sejauh ini. Satu-satunya hal yang bisa aku lakukan terhadap mereka adalah ....

"Akan aku bungkam kalian."

Mendengar deklarasi perlawanan dariku, Sasa mendekat dengan langkah yang mendayu. Dia menekan dagu imutnya dengan telunjuk, kemudian bicara sambil berjalan.

"Melawanku sebenarnya adalah keputusan yang salah. Terlebih lagi, Aya benar-benar sudah kedinginan dan tidak bisa bertahan lebih lama. Kau paham? Satu-satunya pilihanmu saat ini adalah menerima takdir untuk menjadi pacarku."

"Mana bisa aku membiarkan diriku ketika sedang dijebak oleh gadis bermuka dua seperti dirimu?" Tepat setelah aku menyatakan itu, tiga pria berbadan besar sudah mengepungku dengan memamerkan tinju mereka masing-masing. Aku pun menanggapi kedatangan mereka dengan berkata, "Aku memiliki satu pertanyaan, apakah aku saat ini sedang dalam bahaya?"

Ekspresi yang aku harapkan benar-benar terlihat. Baik itu Sasa atau ketiga laki-laki yang saat ini sedang mengepungku memasang wajah bingung sekaligus terkejut. Salah satu dari mereka bertiga langsung melancarkan tinju pada mata kananku, tetapi itu masih terlalu lambat untuk bisa mengenaiku.

"Kau butuh lebih dari ini untuk mengancam diriku dengan kekerasan."

Mungkin saja ini belum disadari oleh mereka, tetapi aku baru saja menendang aset vital milik laki-laki yang barusan akan meninju diriku. Sebagai bukti nyata, laki-laki itu terlihat pucat karena menahan sakit luar biasa dari bagian tengah selangkangannya.

Tentu saja, masalah masih belum berakhir. Serangan diam-diam dan kejutan seperti tadi tidak akan mempan pada dua laki-laki yang lain. Aku pun harus menghindari serangan yang datang dari mereka untuk sementara, menunggu celah, dan memberi pukulan mutlak pada salah satunya.

Aku pernah mempelajari ini, meninju dengan keras di bagian bawah dagu akan mengganggu kesadaran korban. Saat korban sudah sempoyongan, aku hanya harus melancarkan pukulan kedua di batang hidungnya dengan keras. Dengan ini, hanya satu yang tersisa.

"Se-serius?" Laki-laki yang masih belum tumbang itu melebarkan bola matanya karena merasa terkejut akan diriku. Dia yang belum sepenuhnya berani memaksakan diri untuk maju dan mengangkat tinju dengan ragu. Sayangnya, serangan tak berdasar adalah sesuatu yang bisa aku atasi tanpa usaha keras. Aku hanya harus menggeser bahu, menghindari tinju asal itu dan memukul belakang lehernya dengan sedikit tenaga.

Ketika tiga orang yang kedudukannya adalah bawahan sudah tumbang, saatnya pemimpin mereka untuk maju. Laki-laki gondrong yang berbadan besar itu mendekat dengan langkah cepat. Meski sekilas dan tidak terlalu jelas, aku bisa melihat tag nama "David" di atas saku seragamnya.

Laki-laki bernama David itu tidak mengangkat tinju, dia hanya berlari, menjadikan otot bisepnya sebagai tameng dan memojokkan diriku sampai ke dinding. Tangannya terlalu keras, tenaganya terlalu kuat, aku butuh sedikit waktu untuk bisa membalik kondisi ini.

Namun, David tidak akan menunggu sampai aku membalikkan keadaan. Pada diriku yang sudah terpojok di dinding, dia mengangkat kakinya dengan niat menyerang perutku. Lututnya yang keras terasa cukup sakit ketika menghantam perutku, tetapi ini adalah sesuatu yang tidak bisa aku hindari saat terpojok.

Sekitar tiga kali setelah dia menghantam perutku dengan lutut, tekanannya semakin berkurang sampai aku mampu memutar badan. Aku bebas dari posisi terpojok, sedikit menurunkan badan dan memaksa laki-laki itu untuk mencium sepatuku yang berlumpur.

Tendanganku yang lurus seharusnya sudah cukup jelas menunjukkan pada mereka bahwa aku ini bukan amatir. Meski begitu, David masih belum tumbang dan dia terus maju untuk menyerang. Pada serangannya yang juga asal seperti itu, aku cukup memperhatikannya dengan teliti dan menghindar dengan hati-hati. Sampai ketika aku menemukan celah dalam gerakannya, aku memutar badan dan menendang telinga David sampai dia terjatuh.

Laki-Laki Bermulut Besar dan Gadis Bermata Besar ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang