Bertaut 05

1.7K 172 11
                                    

Setibanya dirumah cika segera membuatkan minuman untuk semuanya karena cika melihat semua begitu terutama termasuk manda dan arya. 

"Makasih ya ci." Ucap manda setelah cika menghidangkan minuman untuk mereka semua.

"Sepertinya kita butuh ART ya man. Biar kamu ga kecapean juga." Arya menatap manda yang kini tengah menyandarkan tubuhnya di sofa. 

Sejak keluar dari ruangan dr.kevin manda memang sedikit berubah, ia menjadi pendiam dan sering melamun seperti saat ini. 

"Hey.." arya menyentuh lengan manda dan mengelusnya sejenak. 

Cika dan rendi saling beradu pandang, dan rendi memberi kode pada cika untuk pergi meninggalkan manda dan arya berdua saja. 

Setelah rendi dan cika pergi, arya mendekati manda dan mengelus kening isterinya dengan lembut.

"Kenapa?" Tanya arya.

"Takut aku mas. Gimana kalau aku ga bisa hamil?" Tanya manda dengan jujur. Karena memang sedari tadi pikiran negative itu lah yang terus menghantuinya. 

"Hey, ga usah dipikirkan sampai sana. Kalau saya tau pemeriksaan ini menggangggu kamu lebih baik kita ga usah periksa tadi." Sesal arya. Ia tidak pernah berharap pemeriksaan

Mereka ini akan menganggu ketenangan manda yang bisa merasa insecure juga. 

"Tapi mas.." 

"Ck, sudah lah.." arya menggeleng tegas. Lalu ia menarik manda ke dalam pelukannya dan mengelus punggung manda dengan lembut. 

"Gimana tadi rasanya dimsukin alat itu?" Tanya arya tiba-tiba. Ia menatap manda dengan senyuman jailnya dan tentu saja hal itu membuat manda terkekeh geli..

"Ga enak. Enakan punya kamu.." bisik manda dan diikuti pukulan di dada arya..

Manda masih tertawa, ia tau betul arya tengah berusaha menghibur dirinya karena tak biasanya arya akan bercanda tentang hal seperti itu. 

"Hahaha. Saya sebenernya ga ikhlas dokter itu liat punya kamu." Ucap arya yang tadi sempat tertawa lalu berubah kesal karna mengingat kejadian tadi.

"Ish dia kan menjalankan tugasnya sayang." Tegur manda kembali memukul manda. 

"Enak ya jadi dokter begitu. Bisa liat punya orang terus." 

"Hahaha astaga mas, pikiran kamu ya." Manda akhirnya tertawa lepas, dan seolah kesedihannya beberapa saat lalu telah sirna. Memang arya adalah suami terbaik, suami yang mampu menghibur manda ketika manda sedang merasa tak baik-baik saja. 

"Oh ya mas, aku lupa lusa aku ada syuting buat cover majalah gitu. Kamu bisa temenin aku kan?" Tanya manda ketika teringat akan pekerjaann yang memang telah ada dalam jadwal sebelumnya.

"Bisa manda, saya temani ya." Jawab arya menganggukkan kepalanya..

Manda tersenyum, betapa beruntung manda karna memiliki arya. si pria paling sabar dan juga tenang setiap menggadapi manda yang begitu banyak kekurangannya. 

"Mas.." panggil manda mendongkakkan kepalanya. Ia menyentuh pipi arya dan memeberikan elusan disana dengan lembut.

"Hmmm?" 

"Aku beruntung Allah menitipkan kamu sebagai suami aku sayang." Jawab manda, ia mendekatkan bibirnya dan mencium rahang suaminya dengan penuh cinta. 

Lalu manda semakin mengeratkan pelukannya di tubuh sang suami. Pelukan yang selalu memberikan kehangatan dan juga kenyamanan yang tidak ditemukan manda di manapun juga.

Arya membiarkan tubuh manda yang masih memeluknya. Ia mengelus punggung manda dengan lembut. 

"Ehemm..." 

BERTAUT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang