Suara pintu membanting mengalihkan perhatian mereka semua. Ruangan yang hening karena pertanyaan Hawa beberapa detik lalu kembali dibuat semakin tegang.
"Apa kalian tau dimana Ibrahim sekarang?"
Mereka semua menggeleng. Dan menoleh panik pada pintu yang membuka dan memperlihatkan Malik berdiri disana dengan napas tersengal-sengal. Ia melangkah. Sorot matanya tak lepas dari wajah Hawa.
Melihat tubuh mungil Hawa yang masih terbaring di atas ranjang rumah sakit membuat hatinya masih terasa perih. Walau Hawa dikelilingi Linda, Ummi, Baba, Lee dan Jiazen, Malik tetap berjalan lurus menghampiri dan mendekatinya. Linda memberinya ruang untuk berdiri di pinggir ranjang Hawa.
Mereka berdua saling bertatap. Bagai dua pemeran utama di dalam film layar lebar dan orang-orang disamping mereka hanyalah figuran.
Tak mengeluarkan kata-kata, tangan Malik memegang kepala Hawa yang terlilit hijab seadanya. Wajah Hawa pucat hingga membuat kening Malik berkerut karena khawatir.
"Kau baik-baik saja?" tanya Malik khawatir.
Melihat perilaku Malik pada Hawa, Jiazen memutar tubuhnya menghadap ke jendela. Ia menarik napas dan menghelanya cepat.
Hawa mengangguk.
"Bagaimana denganmu?"
"Aku baik-baik saja," Malik melepas tangannya.
Ia menatap semua orang dalam ruangan itu. Lalu seulas senyum tipis tersungging di wajahnya.
"Aku tau dimana Ibrahim sekarang. Kalian jangan khawatir, aku akan pergi menjemputnya."
Malik memutar tubuh tapi lengannya ditahan. Saat kembali berbalik, ia melihat tangan mungil Hawa menggenggamnya erat.
"Dimana dia? Apa dia baik-baik saja?"
"Aku yakin dia baik-baik saja, tunggu aku di sini."
Hawa menggeleng. Lengannya yang masih tertusuk jarum infus dilepasnya seketika. Lalu tubuhnya bangkit bak batang pohon yang kini berdiri kokoh. Ia mencengkram ujung kemeja Malik semakin kencang.
"Aku harus ikut," tatap Hawa tegas.
"Di luar sedang hujan, hari juga semakin gelap. Dan kau belum sepenuhnya pulih."
"Aku ingin melihatnya saat ini juga. Apa kau berharap aku akan merasa tenang sebelum bertemu dengannya?"
Suara decakkan lidah muncul dari Jiazen. Ia menggaruk kepalanya. Lalu menerobos di antara Hawa dan Malik.
"Kita pergi bersama," ucap Jiazen menengahi.
"Ummi dan Baba juga ingin ikut bersama kalian. Kami sudah merasa khawatir dengan Ibrahim sejak kemarin," tambah Ummi memeluk dompet cokelatnya erat-erat.
"Aku juga ingin ikut. Ibrahim mengenalku, dia adalah pelanggan termanis yang pernah kutemui di toko roti kami." Suara parau Linda terdengar memekik.
"Lagipula, kita punya dua mobil. Kita semua bisa pergi bersama." Tukas Lee berkacak pinggang.
"Tapi, kau yakin sudah merasa baikan?" jemari Jiazen begitu lembut menyusur ke dahi Hawa.
Hawa tertegun. Ia melirik pada Malik yang berdiri di depannya. Lalu mundur menghindari telapak tangan Jiazen yang menempel di wajahnya.
...
Mobil jeep hitam milik Jiazen melaju di tengah terjangan hujan. Wiper kaca mobilnya terus melambai ke kanan ke kiri mengusap air hujan yang memburamkan penglihatannya. Lee dan Linda duduk di dalam mobil itu. Kemudi Jiazen berputar ke kiri mengikuti mobil hitam milik Malik yang memimpin jalan di depannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/300693018-288-k39527.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain on Me, Singapore
RomanceSetelah kehilangan sang kakak, hidup Malik Mahendra jadi hampa meski ia adalah seorang businessman Singapura yang sukses di usia muda dan berasal dari keluarga konglomerat yang popular di negara itu. Sampai suatu hari, seorang anak laki-laki datang...