Sejak tadi pagi Jane sibuk membuka-buka album foto masa putih abu-abu miliknya yang tertata rapi di rak buku kayu jati yang klasik di sudut kamarnya.
Semalam tiba-tiba saja wanita bertubuh jangkung itu mulai memikirkan cara untuk bisa berkelit dari perjodohan konyol yang diobrolkan oleh Mama dan Bik Ade. Ide itu muncul saat jam dua dini hari tadi dia kebelet, sambil menatap langit-langit kamar mandi tercuatlah ide gila yang kemungkinan besar bisa menolong dirinya dari rencana sang mama.
"Di mana, sih? Aku yakin kok, aku pernah foto dengannya!" Jane mengernyit, kedua tangannya menggaruk kepala yang tidak gatal.
"Teh, atos siap-siap acan?"1*)
Suara Mama membuat Jane terkesiap.Buru-buru dia membuat alasan untuk mengulur waktu keberangkatan mereka ke Lembang.
"Belum, Mah. Jane dari tadi bolak-balik toilet, diare," dustanya dengan alasan sekenanya.
Mama mengetuk pintu kamar Jane, seraya berkata, "Mama boleh masuk, Sayang? Kamu nggak apa-apa, kan?"
"Boleh, Mah, masuk saja!" serunya, seraya masih sibuk mencari keberadaan foto tiga belas tahun yang lalu.
"Alah sia ... Ini kamar kenapa jadi kapal Titanic gini sih, Sayang?" Mama menatap dengan tidak percaya mendapati kamar putrinya itu penuh dengan album foto yang berserakan di lantai.
Jane mengukir senyum, lalu berkata, "Maaf, Mah. Jane sedang mencari foto perpisahan sekolah dulu," akunya.
"Ya ampun ... Kenapa baru bilang, Sayang? Semua album foto yang sudah lama, sudah Mama pindahkan, Mama simpan di gudang."
Jane menepuk jidatnya. "Pantas saja dari tadi Jane cari-cari tapi nggak ketemu, Mah." Jane bangkit menuju mamanya, menghamburkan diri dengan rasa senang.
"Tararengkyu mamaku, Sayang!" pekik Jane seraya mengecup pipi kanan mamanya, dan segera mengacir ke arah gudang.
"Mama simpan di kardus yang disusun di dekat saklar lampu!" seru sang mama.
"Siap, Mah!" sahut Jane dengan suaranya yang melengking, seraya dia menuruni anak tangga menuju gudang.
Di ruangan yang penuh dengan barang-barang yang sudah tidak terpakai lengkap dengan kain putih yang menutupi, tidak ketinggalan debu-debu yang menempel di sana membuat Jane terbatuk-batuk.
Dia mengibaskan tangannya ke arah depan wajahnya beberapa kali, bermaksud menghalau debu yang menyapa kedatangannya di sana.
"Aha, ketemu!" Jane segera menghampiri tumpukan kardus yang disusun rapi, lengkap dengan tulisan tebal menggunakan spidol isi di dalam kardusnya.
Jane membuka salah satu kardus bertuliskan foto perpisahan SMA Jane dengan pisau yang sempat dia ambil saat melewati dapur tadi. Tangan Jane bergerak-gerak dengan cepat, matanya dengan teliti melihat gambar-gambar di dalam album foto masa putih abu-abu miliknya itu.
"Puji Tuhan! Terima kasih, Tuhan!" Sekali lagi dengan girangnya Jane berseru saat foto yang sejak tadi ia cari akhirnya ketemu.
Jane memasukkan foto seorang gadis berambut panjang dengan gaya rambut half updo dengan hiasan bunga daisi kecil yang cantik di belakangnya, senada dengan kebaya berwarna putih tulang yang ia kenakan. Di samping gadis cantik itu berdiri seorang laki-laki tampan dengan model rambut fringe dan setelan kemeja putih polos lengkap dengan jas berwarna senada dengan celana hitam yang ia kenakan. Keduanya terlihat begitu serasi di dalam foto, wajah keduanya sama-sama tersenyum lebar memamerkan kebahagiaan setelah tiga tahun lamanya menjadi siswa SMA.
Jane meraba punggungnya, sebuah senyum kecut ia perlihatkan saat ia ingat harus memangkas pendek rambutnya yang panjang alih-alih untuk membuang jauh-jauh kesialan karena putus cinta saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Get Married ✔️ (TERBIT) ‼️
RomanceBagaimana jadinya kalau pepatah "Mulutmu harimaumu" menimpa Jane wanita cantik berusia 30 tahun bermulut besar yang hobi melantur hanya untuk menutupi statusnya sebagai jomlo sejati, dari keluarganya maupun dari rekan kerjanya. "Aku sudah bilang k...