"Arter, kenapa aku nggak pakai baju? Kamu kenapa cuma pakai handuk kecil itu? Kita dimana? Terus ini, Kak Ros kenapa bisa ada di sini?" tanya Jane bertubi-tubi saat otaknya tidak mampu mencerna semua hal dengan benar tanpa sehelai kain pun di tubuhnya.
"Ah, aku pasti mimpi! Bisa-bisanya aku mimpikan Arter!" Jane menepuk keningnya.
Segera mata Jane menjelajah mencari sesuatu yang bisa dia gunakan untuk menutupi tubuhnya. Saat kedua mata beriris cokelat miliknya menangkap selimut yang berada tepat di bawah kakinya, segera dia meraih selimut itu dan menenggelamkan diri kedalamnya.
Dengan santai dia memilih untuk kembali berbaring pada ranjang yang terlihat besar yang ukurannya melebihi kasur di rumahnya.
Aku yakin ini mimpi, Jane bergumam dalam hati seraya merebahkan diri ke atas tempat tidur.
Kelakuannya sontak membuat Zefran dan Rosalyn terpaku di tempat dengan mulut yang terbuka lebar.
"Jane!" Suara Rosalyn menggelegar bagai petir di pagi buta.
"Iya ...!" Suara Jane tidak kalah melengking saking kagetnya.
"Kenapa kamu tidur lagi! Kamu pikir logis tidur lagi di saat seperti ini?" Suara Rosalyn masih dengan nada tinggi.
Saat manik cokelat Jane melihat urat-urat menonjol yang kentara di wajah Rosalyn, dengan mata yang melotot, saat itu juga Jane yakin dia harus pindah ke planet mars.
Mampus! Pekiknya dalam hati.
"Jadi, apa penjelasan kailan padaku, huh?" tanya wanita cantik yang air wajahnya masih tidak berubah, tetap terlihat tegang menahan amarahnya.
"Kamu perkosa dia?" tuduh Rosalyn seraya melayangkan tatapan mata tajam ke arah pria tampan yang masi berbalut handuk.
Pria tampan itu mengembuskan napasnya, dia lalu berkata, "Boleh aku berpakaian dulu?"
Melihat adik laki-laki satu-satunya masih berbalut handuk saja, Rosalyn mengiakan dengan anggukan, seraya mengibaskan tangannya agar Zefran segera masuk ke ruang ganti dan berpakaian.
"A--apa ... Apa aku benar-benar sudah diperkosa?" tanya Jane yang masih berada di tempat tidur, pandangannya mulai berkaca-kaca, segera dia beranjak dari tempatnya dan melihat ke arah kasur dengan seperai berwarna putih bersih. Nihil tidak ada noda darah di sana.
Gadis itu mengembuskan napasnya perlahan-lahan. Ada sedikit rasa lega, tapi perasaan lega itu kembali runtuh saat sang bos tiba-tiba berkata, "Jadi, kenapa kamu bisa di sini bersama dengan adikku, Jane?"
Tatapan mata Rosalyn penuh selidik.
"A--aku, aku bahkan nggak tahu kenapa aku ada di sini?" Wanita itu benar-benar tidak ingat alasan yang membawanya sampai berakhir tanpa busana di tempat yang seluruh dekorasinya bernuansa bumi, begitu sejuk dan indah dipandang mata.
Rosalyn mendengkus, dia melempar bantal guling yang sedari tadi dia bawa kepada Jane. "Pakai pakaianmu, Jane!" serunya.
Jane gelagapan, matanya beredar ke segala arah di ruangan itu mencari keberadaan bajunya.
"Dimana bajuku?" tanya Jane kebingungan.
"Dasar gadis bodoh! Bisa-bisanya kamu begitu ceroboh, Jane! Sebagai seorang perempuan, kamu seharusnya bisa jaga dirimu sendiri." Kepala Rosalyn diserang rasa sakit, pusing.
Bisa-bisanya kamu ceroboh begini, Jane ... Gimana kalau kamu bertemu orang jahat! Rosalyn berucap dalam diamnya, seraya memijat kepalanya yang lagi-lagi terasa pusing.
Jane terdiam, mengingat-ingat apa yang sudah terjadi dan kenapa dirinya bisa berada di kamar bersama pria yang semalam baru saja menjadi kekasihnya.
"Wow ... Aku dan Arter resmi pacaran semalam," celetuk Jane, dia bahkan lupa kalau di depannya masih berdiri Rosalyn yang menatapnya dengan tatapan galak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Get Married ✔️ (TERBIT) ‼️
RomanceBagaimana jadinya kalau pepatah "Mulutmu harimaumu" menimpa Jane wanita cantik berusia 30 tahun bermulut besar yang hobi melantur hanya untuk menutupi statusnya sebagai jomlo sejati, dari keluarganya maupun dari rekan kerjanya. "Aku sudah bilang k...