Kinara menatap lekat-lekat ke arah dua wanita yang sedang menyebar gosip tentang Jane. Sementara objek dari gosip para wanita itu, berdiri tidak jauh dari Kinara.
"Eh, Jane, maaf, kami nggak bermaksud untuk mencemarkan nama baik kamu dan Pak Bos, kok." Salah seorang yang kepergok bergosip segera meminta maaf saat melihat Jane muncul di belakang Kinara.
"Eh, iya, Jane. Maaf ya, tolong jangan laporkan kami kepada Pak Bos," ucap seorang wanita lainnya lagi.
Kinara berdecak sebal melihat wajah kedua orang itu, dia lalu berkata, "Giliran ketahuan langsung melempem, sudah seperti kerupuk terkena air saja deh kalian!" sindirnya.
Kedua orang itu saling pandang, mereka tertunduk menahan rasa malu sekaligus geram karena Kinara yang sudah memojokkan mereka.
"Kalau kalian benar-benar nggak mau video ini sampai tersebar, stop dong, jangan lagi bergosip yang nggak-nggak. Kalian nggak capek apa?" Kali ini giliran Jane yang berbicara.
"Aku pribadi capek loh, dengar kalian ngoceh terus," tambahnya seraya melenggang ke dalam toilet, langkahnya berhenti tepat di depan wastafel, Jane lalu mencuci wajahnya.
"Kalian ngapin masih di sini?" tanya Kinara seraya melayangkan pandangan tidak ramah kepada dua orang itu. Tanpa ditegur dua kali, kedua orang itu mengacir meninggalkan toilet wanita.
"Kamu nggak apa-apa, Jane?" Wanita berkemeja karamel itu mendekat ke arah Jane yang baru saja membasuh wajahnya.
Kinara menepuk pundak Jane, dari pantulan wajah sahabatnya terlihat kalau air wajah wanita berpipi chubby itu mulai mendung.
"Hei, sudah dong jangan sedih," ucap Kinara saat tiba-tiba butiran bening meluncur di pipi Jane.
"Kamu tunggu di sini sebentar, aku mau labrak mereka lagi," tambah Kinara, namun segera Jane menghentikan langkah Kinara dengan memeluk tubuh sahabatnya itu, Jane terisak-isak.
"Aku ... Aku sedih bukan karena jadi bahan gosip di kantor, kok, Ki ... Kamu nggak usah repot-repot susul mereka, buang-buang tenaga, Ki." Cegah Jane seraya memeluk tubuh Kinara.
"Terus kmu kenapa nangis kalau gitu?" Kinara bingung dengan sikap Jane yang mendadak melankolis.
Jane masih terisak, dia bahkan sampai sesenggukan.
"Sudah, sudah, jangan nangis lagi dong, Jane. Nanti aku belikan es krim cokelat," bujuk Kinara, rasanya sudah seperti membujuk adiknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Kinara terkekeh sendiri.
"Kok kamu jahat, memangnya aku anak kecil," oceh Jane seraya melepaskan dekapannya dari tubuh Kinara.
"Ya habisnya, kamu cengeng," goda Kinara.
"Jadi, kenapa kamu nangis sih?" tanya Kinara sekali lagi.
"Aku nangis karena aku sedih dikacangin kalian. Aku nggak mau jauh dari kalian, Ki," ucap Jane setelah berhasil mengontrol emosinya yang meluap-luap.
Sebuah senyum mengembang di wajah ayu Kinara, dia lalu mencubit gemas pipi Jane seraya berkata, "Aku cuma bingung mau jawab apa, Jane. Di satu sisi aku ikut senang karena kamu resmi berpacaran dengan Zefran. Tapi di sisi lain aku bingung, karena Geni sedang patah hati," ungkapnya.
Kinara mengembuskan napas perlahan-lahan, dia lalu melanjutkan bicaranya, "Kamu tahu kan, posisi aku serba salah. Aku jadi memilih untuk diam, aku nggak mau menyakiti kedua sahabatku."
Mendengar jawaban dari Kinara, sertamerta air mata Jane kembali menitik.
"Sudah dong, jangan nangis lagi. Yuk kita balik ke ruang kerja lagi, yuk!" ajak Kinara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Get Married ✔️ (TERBIT) ‼️
RomansBagaimana jadinya kalau pepatah "Mulutmu harimaumu" menimpa Jane wanita cantik berusia 30 tahun bermulut besar yang hobi melantur hanya untuk menutupi statusnya sebagai jomlo sejati, dari keluarganya maupun dari rekan kerjanya. "Aku sudah bilang k...